Mohon tunggu...
Aisah Anastasia
Aisah Anastasia Mohon Tunggu... Digital Writer

PRACTICE MAKES PERFECT

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Quiet Vacation: Tren Liburan Diam-diam atau Bentuk Pelarian?

26 Maret 2025   23:03 Diperbarui: 27 Maret 2025   12:20 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto seseorang sedang vacation (Sumber: Freepik)

Bepergian ke suatu tempat, tetapi sengaja tidak membagikannya di media sosial?

Di era digital, liburan sering kali identik dengan unggahan Instagram Story dari bandara ataupun stasiun, video sinematik di TikTok, hingga deretan foto estetis di feed. Seolah, perjalanan yang tidak terdokumentasikan di media sosial terasa kurang "berarti".

Namun, di tengah tren ini, muncul fenomena baru bernama Quiet Vacation---liburan diam-diam tanpa unggahan, tanpa update lokasi, tanpa pengumuman ke siapa pun. 

Apakah ini bentuk kebebasan baru atau justru cara melarikan diri dari ekspektasi sosial?

Ketika Liburan Tidak Lagi Tentang Konten

Dulu, perjalanan terasa cukup dengan menikmati pemandangan dan pengalaman baru. Sekarang, banyak orang merasa perlu mengabadikannya dalam bentuk konten. Bahkan, sering kali kita lebih sibuk memilih filter daripada menikmati keindahan matahari terbit secara langsung.

Namun, tren Quiet Vacation hadir dengan prinsip sebaliknya. Mereka yang memilih konsep ini lebih fokus pada pengalaman personal dibanding validasi online.

Artinya, tidak ada pengumuman sebelum berangkat, tidak ada unggahan lokasi secara real-time, dan tidak ada tekanan untuk menciptakan feed Instagram yang sempurna.

Menurut laporan Harvard Business Review (2024), individu yang sering membagikan momen liburannya di media sosial cenderung mengalami tekanan sosial yang lebih besar.

Bukan hanya soal keinginan untuk memamerkan sesuatu, tetapi juga tuntutan untuk terlihat menikmati perjalanan dengan cara yang dianggap "ideal" oleh audiens mereka.

"Ketika kita terlalu fokus pada bagaimana liburan kita terlihat di mata orang lain, kita bisa kehilangan pengalaman autentik dari perjalanan itu sendiri," kata Dr. Amelia Park, seorang psikolog sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun