Mohon tunggu...
Ai Rosita
Ai Rosita Mohon Tunggu... Relawan - Menjadi seseorang yang memiliki arti dan berguna untuk dirinya sendiri dan lingkungan sekitar

Orang yang merasa kesepian dan tidak memiliki arti, mencoba menyelami sedikit arti dalam dirinya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nyai Ika Penyelamat Lingkungan dari Jombang

28 November 2022   16:15 Diperbarui: 28 November 2022   16:15 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nyai Hj. Maftuhah Mustiqowati, S.Ag, M.Pd (Ika) yang mendapatkan banyak penghargaan baik dari Gubernur Jawa Timur, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Menteri Agama terkait pelestarian lingkungan, saya mengenal beliau sekitar tahun 2018. Saat itu saya tergabung dalam Bank Sampah Nusantara LPBI NU yang mengadakan Sosialisasi Manajemen Bank Sampah Berbasis Perbankan di Pesantren Mamba'ul Hikam. Beliau merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Mamba'ul Hikam Jombang Jawa Timur. Pesantren ini memiliki jenjang Pendidikan formal MTs dan MA. Ibu Nyai Ika yang biasa aku sapa juga merupakan Kepala Madrasah Al Hikam Jatirejo Diwek Jombang. Madrasah Al Hikam merupakan Sekolah Adiwiyata yang mendapatkan penghargaan dari tingkat provinsi sampai tingkat nasional.

Ketika memasuki pondok pesantren Mamba'ul Hikam tidak ada sampah berserakan yang kami temukan, halamannya bersih dan teduh karena rindangnya pepohonan di sekitar pondok. Tiba di ndalem, Ibu Nyai Ika ramah menyapa kami, mempersilahkan kami masuk ke ruang tamu. Beliau banyak bercerita tentang pesantren dan para santrinya. Selain pembelajaran agama (ngaji kitab kuning dan lainnya) di pondok pesantren Mamba'ul Hikam sangat menekankan pentingnya kebersihan lingkungan pondok dan santri. Maka, jika ada tamu datang dan membuang sampah sembarangan santrinya akan protes pada Nyai Ika. "Ibu Nyai, katanya tidak boleh buang sampah sembarangan, tapi tamu Ibu Nyai buang puntung rokok sembarangan" itu salah satu protes para santri ketika ada tamu datang dan membuang sampah sembarangan.

Di Pesantren Mamba'ul Hikam memang pengelolaan sampahnya sudah dilakukan sendiri, mungkin bisa dibilang pesantren dengan zero waste. Bagaimana tidak, sampah plastik yang mereka hasilkan dibuat menjadi ecobrick (ecobricks salah satu bentuk pengelolaan sampah plastik, sampah plastik dimasukkan ke dalam botol air mineral dengan menggunakan stick bambu sampai botolnya padat dan keras), gantungan kunci, robot, isi bantal dan lain-lain. Bahkan mereka mengambil sampah plastik dari pedagang sekitar pondok. Kata Nyai Ika "daripada sampah plastiknya dibakar atau berakhir di tempat sampah lebih baik pihak pesantren yang mengelola, ini menjadi amalnya para santri untuk menjadikan lingkungan pondok dan sekitarnya bersih." Ketika libur semester dan santri pulang ke rumah, dari rumah mereka membawa sampah plastiknya dan mereka buat ecobrick. Selain santri membuat ecobricks untuk project liburannya, para santri juga diberi tugas untuk sosialisasi dan menerapkan apa yang dilakukan di pondok kepada keluarga dan saudara saudaranya. Sudah ratusan bahkan ribuan ecobrick yang dihasilkan oleh para santri. Ratusan bahkan ribuan kilogram sampah plastik yang mereka selamatkan agar tidak berakhir di tempat sampah. Ecobricks yang mereka buat sudah mereka jadikan meja dan bangku yang di letakkan di taman, ke depan mereka akan membuat bangunan dan menjadikan ecobrick sebagai pengganti bata.

Sampah organik mereka jadikan kompos, komposnya mereka gunakan untuk memupuk tanaman di sekitar pondok pesantren. Tiga bulan sekali mereka panen kompos. Santri di Pesantren Mamba'ul Hikam diajarkan juga untuk menjadi entrepreneur. Mereka dilatih untuk membuat batik, membuat tas, membuat pembalut ramah lingkungan, dilatih beternak dan berkebun. Selain sayuran yang dihasilkan dari kebun Mambaul Hikam, pesantren juga membudidayakan pohon tin dan mereka membuat teh dari daun tin.

Kata Ibu Nyai Ika, di pesantren tidak hanya diajarkan ngaji saja biar santrinya tidak bosan maka diajarkan menjahit, membuat kue, berkebun, berternak, membuat serbuk daun tin dan lainnya. Supaya setelah keluar dari pondok para santri sudah mempunyai keterampilan sebagai bekal mereka di masa depan.

Selain kerjasama dengan pedagang di sekitar pondok untuk diambil sampah plastiknya, Nyai Ika juga bekerjasama dengan penjahit. Penjahit di sekitar pondok memberikan kain perca (kain sisa yang tidak terpakai) oleh para santri kain perca tersebut dijadikan produk-produk kerajinan yang layak jual.

Nyai Ika merupakan ulama perempuan yang sangat konsen akan isu lingkungan. Tidak banyak ulama terlebih ulama perempuan yang konsen pada isu tersebut. Mengimplementasikan hadist "kebersihan sebagian dari iman" dalam kehidupan sehari-hari di pondok tidaklah mudah. Banyak kendala dan tantangan yang dihadapi.

Memberikan pemahaman pada para santri dan pengurus pondok akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengajak mereka untuk mengelola sampah tentu menjadi tantangan tersendiri baginya. Nyai Ika tidak pernah capek dan bosan untuk terus mengajak dan mengingatkan para santri dan pengasuh bersama-sama menjaga lingkungan.

Tantangan yang paling berat menurutnya, ketika santri baru mulai masuk, memberikan pemahaman pada mereka untuk bisa menjaga kebersihan karena mungkin banyak diantara mereka yang biasanya banyak dilayani di rumahnya, tidak peduli akan kebersihan lingkungannya. Di pesantren mereka harus mandiri. Dan beradaptasi dengan aturan-aturan pondok yang ketat, terutama dalam menjaga kebersihan. Tidak banyak santri yang peduli dan dapat menjaga kebersihan. Dalam membuang sampah saja misalnya sulit membiasakan para santri baru, karena memang sudah menjadi kebiasaan. Namun pelan-pelan dan perlahan ketika mulai naik ke tingkat berikutnya akan lebih mudah dalam memberikan pemahaman kepada mereka.

Menjaga lingkungan tidak hanya di sekitar pondok Mamba'ul Hikam, Nyai Ika juga merupakan penggerak sedekah sampah berbasis pesantren. Pesantren Mamba'ul Hikam menerima sedekah sampah dari warga. Jika ada warga yang ingin sedekah sampah dapat menghubungi pihak pesantren. Nanti sampahnya akan dijemput. Ini adalah salah satu ikhtiar pesantren dalam menggerakan masyarakat sadar sampah. Sedakah tidak hanya berupa uang, namun dengan sampah pun tetap bisa sedekah.

Jenis sampah yang diterima Pesantren Mamba'ul Hikam sampah non organik seperti kertas, kardus, botol dan gelas air mineral kemasan dan besi. Selain itu Pesantren Mamba'ul Hikam juga menerima sedekah minyak jelantah. Minyak jelantah yang didapatkan mereka jadikan sabun cuci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun