Mohon tunggu...
adhika atyanta
adhika atyanta Mohon Tunggu... Arsitek -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Save Pasar Cinde! Selamatkan Pasar Cinde!

13 Juni 2016   22:55 Diperbarui: 13 Juni 2016   22:59 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SAVE PASAR CINDE!

SELAMATKAN PASAR CINDE!

 

Pasar Cinde di kota Palembang terdapat di tengah-tengah kota Palembang. Pasar itu dibangun pada tahun 1958 dengan melirik disain pasar oleh arsitek terkenal, Thomas Karsten. Walaupun usianya sebetulnya baru 58 tahun, pasar itu sudah menjadi ikon yang memberikan identitas bagi masyarakat dan kota Palembang. Pasar Cinde adalah landmark kota yang setara dengan Benteng Kuto Besak, Jembatan Ampera, Bukit Siguntang dan makam-makan sultan—termasuk pemakaman Cinde Walang yang terdapat di belakang Pasar Cinde.

Berkali-kali orang Palembang dikagetkan dengan desas-desus bahwa Pasar Cinde akan digusur. Berkali-kali pula desas-desus itu ternyata tak berdasar. Akhir-akhir ini, ternyata penggusuran Pasar Cinde bukan lagi sekedar desas-desus. Koran sudah memberitakan penggusurannya dan bahkan, sudah pula menayangkan rancangan bangunan berlantai 12 yang akan didirikan di lokasi setelah Pasar Cinde digusur dan diratakan dengan tanah.

Selamatkan Pasar Cinde!

Barangkali ada yang tertawa, mencemooh dan mempertanyakan: mengapa Pasar Cinde harus diselamatkan?

Secara arsitektural, Pasar Cinde istimewa oleh rancangan khas berupa kolom-kolom cendawan yang menunjang atap dan plafonnya. Kolom-kolom cendawan ini—buah pikiran Thomas Karsten--juga menjadi ciri khas Pasar Johar (Semarang) yang terbakar dan Pasar Bulu serta Pasar Jatingaleh yang telah digusur. Kini, Pasar Cinde merupakan satu-satunya pasar di seluruh Indonesia yang masih memiliki kolom-kolom cendawan penopang yang menggambarkan pepohonan yang biasanya melindungi banyak pasar tradisional di Indonesia.

13423768-10209874921095395-8489936863875929815-n-575ed74c319373f909c32598.jpg
13423768-10209874921095395-8489936863875929815-n-575ed74c319373f909c32598.jpg
Secara arkeologis-historis, Pasar Cinde termasuk kategori monumen kontemporer yang merekam perubahan konsep pasar dan perdagangan di masyarakat Palembang. Usianya yang melebihi 50 tahun dan rancang bangunannya yang unik membuat Pasar Cinde termasuk dalam kategori bangunan yang diduga sebagai benda cagar budaya (sesuai kriteria Bangunan Cagar Budaya menurut UU no. 11, tahun 2010, pasal 5).

Secara antropologis, Pasar Cinde menarik karena berbeda dengan pasar-pasar lainnya, pasar itu dibangun sebagai ajang perekonomian yang multi-rasial di kota yang sebelumnya ketat memisahkan ruang tinggal penduduk berbagai bangsa (Pasar 16 Ilir di kawasan Kampung Cina, Pasar Lemabang di kawasan Kampung Arab). Pasar Cinde menyatukan pedagang-pedagang dari berbagai sukubangsa di Palembang. Bhineka Tunggal Ika di bawah satu atap.

Komoditi dagang di Pasar Cinde pun beraneka, mulai dari kebutuhan rumah tangga sehari-hari sayur, bebuahan, daging, jajanan sampai ke suku cadang mobil dan batu akik. Semua itu merupakan wujud kentara dari intangible heritage masyarakat dan kebudayaan di Palembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun