Mohon tunggu...
Airin Trisni
Airin Trisni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hanya pemula

Even if you feel like you're all alone Don't throw yourself away Be Yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kolaborasi dalam Pendidikan di Era Digital

15 Mei 2021   20:35 Diperbarui: 15 Mei 2021   20:41 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber image: kumparan.com

Oleh : Dr. Ir. Vina Serevina, dkk, UNJ_2021

Pendidikan di era revolusi 5.0, pendidikan di era pandemik, pendidikan di era new normal dan pendidikan di era setelah new normal termasuk dalam pendidikan di era digital, dimana Pendidikan di era digital sangatlah bergantung pada interaksi melalui teknologi. Pada saat ini, teknologi merupakan cara guru dan siswa berinteraksi dalam proses pembelajaran. Pada pendidikan di abad ke-21 ini, pendidikan diharuskan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Dimana National Education Association telah membagi ranah keterampilan abad ke-21 sebagai keterampilan The 4C's. The 4C's meliputi keterampilan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Pembahasan kali ini mengenai keterampilan kolaborasi dengan pendidikan di era digital.

4C : KETERAMPILAN KOLABORASI

Keterampilan kolaborasi adalah kemampuan untuk menerima, memberikan ide, menghargai perspektif orang lain, dan menjalin kerjasama antara satu dengan lainnya untuk menghasilkan sesuatu yang optimal. Keterampilan dalam kolaborasi memiliki beberapa indikator. Pertama, kemampuan siswa dalam bekerja sama dan kepemimpinan dalam kelompok. Siswa yang memiliki jiwa kepimpinan dalam kelompok, maka ia mampu untuk membimbing dan mengarahkan teman kelompoknya dengan berbagai cara, antara lain: menggunakan keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan interpersonal untuk memengaruhi dan membimbing teman lainnya dalam mencapai tujuan bersama, memanfaatkan kekuatan yang dimiliki teman untuk mencapai tujuan bersama, menginspirasi teman untuk mencapai sesuatu yang terbaik melalui contoh tidak mementingkan diri sendiri, dan menunjukkan integritas serta perilaku yang sesuai kode etik atau tidak memaksa orang lain dalam menggunakan pengaruh dan kekuatannya. Jiwa kepemimpinan yang tertanam dalam diri siswa nantinya menjadi bekal untuk membangun kemampuan bekerja sama dengan guna mencapai tujuan bersama.

Indikator keterampilan kolaborasi yang kedua yaitu kemampuan beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggung jawab. Adaptasi merupakan kemampuan untuk mengatasi keadaan yang ada pada lingkungannya dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia sekaligus memeliharanya. Setiap orang memiliki peranannya masing-masing. Peran yang dijalankan tidak terlepas dari tanggung jawab yang harus dipikul. Siswa yang mampu berkolaborasi, maka dia mampu menjalankan peran dan tanggung jawabnya. Guru dapat melatih kemampuan siswa dalam menjalankan peran dan tanggung jawab dengan memberikan penugasan baik secara individu maupun kelompok.

Dalam penugasan kelompok, pembagian tugas cenderung dilakukan. Setiap anggota harus mengerjakan bagian yang didapat, dan bertanggung jawab atas bagian tersebut. Siswa yang tidak mengerjakan tugas, dianjurkan memberi sanksi/punishment  sebab tidak menjalankan tanggung jawabnya. Hal ini merupakan salah satu cara bagi guru dalam melatih kemampuan ranah afektif siswa khususnya dalam sikap tanggung jawab. Dengan adanya punishment, maka siswa akan termotivasi untuk bertanggung jawab, dan siap menerima konsekuensi jika tidak mengemban tanggung jawab.

Indikator keterampilan kolaborasi yang ketiga yaitu kemampuan bekerja secara produktif dengan pihak lain. Seseorang yang bekerja secara produktif mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia sehingga menghasilkan output yang optimal atau bahkan maksimal dalam sesuatu yang dikerjakannya. Bekerja secara produktif dengan pihak lain berarti bekerja bersama-sama secara produktif untuk mencapai tujuan Bersama. Produktivitas dalam kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: kemampuan, situasi dan keadaan lingkungan, upah, tingkat pendidikan, motivasi, perjanjian kerja, dan penerapan teknologi.

Indikator keterampilan kolaborasi yang keempat yaitu kemampuan menempatkan empati pada tempatnya. Empati termasuk dalam kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain. Empati tingkatannya lebih tinggi daripada simpati, dan seseorang yang memiliki rasa empati kepada orang lain akan mencoba  membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah, serta mengambil perspektif orang lain tersebut. Melalui bimbingan kelompok, guru dapat melatih siswa dalam mengolah dan mengembangkan emosi siswa kearah emosi yang baik dan melahirkan perilaku empati.

Indikator keterampilan kolaborasi yang kelima yaitu dapat menghormati perbedaan perspektif.Lingkungan  pembelajaran  kolaboratif menantang siswa untuk mengekspresikan dan mempertahankan posisi mereka, dan menghasilkan ide-ide mereka sendiri. Mereka dapat berdiskusi menyampaikan ide-ide pada teman-temannya, bertukar  sudut pandang  yang  berbeda, mencari klarifikasi,  dan berpartisipasi dengan  tingkat  berpikir  tinggi  seperti  mengelola,  mengorganisasi,  menganalisis  kritis, menyelesaikan  masalah,  dan  menciptakan  pembelajaran  dan  pemahaman  baru  yang  lebih mendalam. Perbedaan perspektif antara satu orang dengan lainnya berpotensi menghasilkan perpecahan jika tidak disertai dengan kemampuan menghormati perspektif orang lain. Oleh karena itu, menghormati perbedaan perspektif menjadi indikator dalam keterampilan kolaborasi.

PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL

Pendidikan di era digital ini memberikan penekanan untuk menerapkan prototype teknologi terbaru dalam mempermudah pembelajaran. Proses pembelajaran yang memadukan adanya tatap muka dengan teknologi tetap, tidak akan menggantikan peran guru yang dimana peran guru sebagai pendidik yang membuat metode pembelajaran yang sesuai dengan apa yang di lakukan seperti biasa sesuai dengan RPP (dimana RPP salah satu rancangan pelaksanaan pembelajaran yang harus sesuai dengan standart kompetensi dan kompetensi dasar). Kehadiran teknologi justru membantu meningkatkan peran guru dalam pembelajaran. Berbagai macam aplikasi digital sudah ditawarkan, mulai yang gratis hingga berbayar. Banyak aplikasi digital yang dijadikan alternatif solusi sebagai media pembelajaran daring, misalnya Zoom Cloud Meetings, Googlemeet, Teamlink, Learning Management System (LMS), Google Classroom, WhatsApp (WA) dan lain-lainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun