Mohon tunggu...
Aira Mikha
Aira Mikha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Trisakti School of Management

Trisakti School of Management

Selanjutnya

Tutup

Worklife

EQ Penting bagi Seorang Pemimpin?

20 Juli 2021   16:47 Diperbarui: 20 Juli 2021   16:48 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

EQ (Emotional Quotient) merupakan kemampuan untuk memahami perasaan diri sendiri, untuk berempati terhadap perasaan orang lain dan untuk mengatur emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup seseorang

- Salovey dan Mayer

Teori Salovey dan Mayer ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1990, lalu dikembangkan oleh Daniel Goleman dan dipublikasikan dalam buku yang berjudul "Emotional Intelligence, Why It Can More Than IQ?" yang terbit pada tahun 1995. Pada buku tersebut, Goleman menjelaskan bahwa EQ lebih penting daripada IQ. Lalu, seberapa penting sih EQ untuk dimiliki oleh setiap individu terutama oleh seorang pemimpin?

Sejak dahulu kala memang orang berpikir bahwa IQ menjadi penunjang kesuksesan dalam hidup. IQ yang tinggi sudah pasti dapat menghasilkan uang yang banyak dengan kemampuan yang ia miliki. Namun, seiring berkembangnya zaman, ada satu kecerdasan lain selain IQ yang tidak kalah penting untuk dimiliki oleh setiap individu yakni EQ. Bahkan, menurut beberapa orang atau kelompok, mereka berpendapat bahwa kecerdasan emosi (EQ) lebih penting untuk dimiliki oleh setiap individu daripada kecerdasan kognitif (IQ). EQ atau yang juga dikenal dengan Emotional Intelligence merupakan kemampuan seseorang untuk memahami, mengidentifikasi, dan berhasil dalam mengelola emosi pada diri sendiri dan orang lain.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Carneige Institute of Technology menunjukkan bahwa 85 persen kesuksesan seseorang secara finansial adalah karena kemampuan humanis seperti kepribadian, kemampuan berkomunikasi, bernegosiasi, dan memimpin. Sementara itu, pengetahuan teknis hanya sebesar 15 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa EQ berperan lebih besar daripada IQ. Penelitian yang dilakukan oleh psikolog Amerika-Israel yang bernama Daniel Kahneman juga menunjukkan bahwa seseorang lebih memilih membeli barang dan berurusan dengan orang yang mereka suka dan percaya walaupun barang itu tidak sebagus di tempat lain.

Dalam hubungan kepemimpinan, seorang pemimpin bertugas untuk mengendalikan emosinya dengan tujuan meningkatkan kepuasan dan motivasi pengikutnya yang pada akhirnya akan berguna untuk efektivitas perusahaan. Karena, bagaimanapun juga keadaan emosional seorang pemimpin pasti akan memengaruhi seluruh pengikutnya dan berimbas pada kepentingan perusahaan. Hal tersebut yang dapat diartikan dengan "emosi menular".  Jadi, ketika pemimpin sedang berada dalam emosional yang positif, maka itu akan tertular kepada pengikutnya dan dapat membangkitkan semangat pula kepada pengikutnya. Begitu juga sebaliknya, ketika pemimpin sedang berada dalam emosional yang negatif, maka itu juga akan tertular kepada pengikutnya dan dapat menurunkan semangat dari pengikutnya. Di samping itu, pemimpin juga harus bisa menyesuaikan dirinya dengan keadaan emosi orang lain, artinya pemimpin harus bisa mencegah suatu emosi negatif dari satu pengikut yang dapat berdampak kepada pengikut lain.

Emosi juga akan berdampak pada kinerja pengikut. Banyak studi menunjukkan bahwa suasana hati orang erat kaitannya dengan berbagai aspek kinerja mereka. Suasana hati yang negatif dapat membuat kinerja mereka menjadi melemah. Akan tambah memburuk lagi jika itu terjadi terhadap keseluruhan perusahaan yang diakibatkan oleh emosi pemimpin yang negatif. Maka dari itu pemimpin wajib memiliki EQ yang baik terutama untuk dapat memengaruhi pengikutnya agar munculnya emosi positif pada pengikut dan dapat meningkatkan kinerja pengikut.

Sebuah survei Gallup Management Journal menekankan bahwa para pemimpin, terutama supervisor garis depan, banyak berhubungan dengan "apakah karyawan memiliki positif atau negatif tentang kehidupan kinerja mereka". Artinya pemimpin harus peduli terhadap posisi emosi dari pengikut yang akan berdampak pada kinerja.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya EQ itu tidak kalah penting dan bahkan bisa dikatakan lebih penting daripada IQ, dan bukan penting untuk pemimpin saja melainkan untuk setiap individu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun