Dampak dari adanya arus globalisasi di seluruh dunia, menyebabkan kondisi dimana terus berkembangnya teknologi yang semakin modern. Dari perkembangan teknologi tersebut, dapat mengantarkan suatu perubahan secara cepat melalui penyebarannya di media sosial karena media sosial dapat memberikan kemudahan bagi pengguna untuk mengakses apapun, salah satunya adalah kebudayaan asing. Karena kebudayaan memiliki sifat yang dinamis dan akan terus berkembang sesuai dengan perubahan zaman, maka akan dengan mudah penyebaran kebudayaan asing tersebut melalui media sosial. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai globalisasi kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat (1982), kebudayaan dapat dibagi menjadi dua wujud, wujud yang pertama adalah wujud fisik yang mana berupa barang yang sulit untuk diubah dan yang kedua adalah wujud non-fisik yang mana meliputi sesuatu yang dapat berubah seiring berjalannya zaman karena sifatnya yang dinamis, seperti ide, nilai, dan norma. Maka dari itu, globalisasi kebudayaan lebih cocok dengan kebudayaan non-fisik (Larasati, 2018).
Globalisasi kebudayaan biasa disamai dengan westernisasi. Dengan adanya globalisasi, bangsa-bangsa barat menggunakan strategi tersebut untuk menyebar luaskan produk-produknya, termasuk dengan kebudayaan. Namun, seiring berjalannya waktu, budaya Korean Wave juga marak diperbincangkan di berbagai belahan dunia.Â
Jika westernisasi merupakan produk dari bangsa-bangsa barat, korean wave dapat dikatakan merupakan produk kebudayaan Asia yang telah mendunia. Sama seperti westernisasi, korean wave merupakan suatu produk yang tersebar karena adanya arus globalisasi. Biasanya korean wave tersebar melalui sosial media seperti instagram, twitter, youtube, telegram, dan lain-lain (Larasati, 2018).
Korean wave merupakan suatu upaya yang penyebaran kebudayaan Korea ke seluruh dunia yang dilakukan oleh Korea Selatan. Hal tersebut didukung dengan adanya arus globalisasi yang dapat membuat korean wave disukai oleh banyak individu dan menjadi budaya popular di seluruh dunia. Kebudayaan tersebut dapat berupa k-pop, k-fashion, k-drama, bahasa, dan lain-lain.Â
Fakta yang didapatkan adalah, demam korean wave tersebut dapat membuat individu menjadi tergila-gila akan kebudayaannya. Contohnya, di Indonesia banyak sekali ditemukan produk-produk budaya Korea di kehidupan masyarakatnya seperti pada saat ini, kiblat fashion di kalangan anak muda Indonesia banyak sekali mendapatkan inspirasi dari k-fashion. (Ri'aeni et al., 2019)
Pada saat ini, demam korean wave sangat merajalela di Indonesia. Terlebih di kalangan anak mudayang memiliki obsesinya sendiri kepada produk-produk keluaran korean wave seperti fashion dan make up, drama korea, musik pop, bahasa, makanan, dan lain-lain. Maka dari itu, menurut saya dengan adanya perkembangan korean wave di kalangan anak muda Indonesia, memiki kaitannya dengan sistem kapitalisme karena produk-produk tersebut sengaja dibuat untuk memuaskan keinginan konsumen pencinta budaya korean wave tersebut.
Teori Kapitalisme
Kapitalisme merupakan suatu pandangan dimana hak individu dalam perekonomian lebih dipentingkan daripada hak masyarakat umum. Sistem kapitalis tersebut dapat berjalan jika para individu memiliki rasa persaingan yang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhannya masing-masing.Â
Kapitalisme memiliki dampak yang positif seperti adanya semangat dalam diri seseorang untuk memperbanyak kekayaannya melalui persaingan tersebut. Namun, memiliki dampak negatif juga karena akan terbentuknya kelas-kelas sosial.
Dalam pandangan Karl Marx, kapitalisme merupakan suatu kegiatan yang memiliki tujuan untuk mengumpulkan kekayaan. Dalam hal ini, menurutnya kapitalisme akan menimbulkan masyarakat kelas karena kapitalisme akan membentuk sebuah perbedaan diantara masyarakat borjuis dan proletar.Â