Jika tak sanggup menahan lelahnya belajar
Maka siapkanlah dirimu untuk menahan perihnya kebodohan
-Imam Asy- Syafi'i-
Sebuah kutipan dari imam besar yang cukup disegani karena beliau merupakan salah satu Imam yang empat dalam Agama Islam. Menjadi seorang imam yang besar seperti beliau merupakan perjalanan yang tidak mudah. Banyak proses dan rintangan apalagi untuk menggali khazanah-khazanah keilmuan yang bersumber pada Al-Quran dan Al-Hadist sehingga dapat diterapakan pada kondisi nyata sesuai perkembangan sosial yang ada.
Tetapi disini penulis tidak akan menceritakan tentang siapa itu Imam besar ini, akan tetapi akan menceritakan sedikit ilmu yang saya pelajari akhir-akhir ini disebuah institsi pendidikan salafmengenai mentalitas dalam menuntut ilmu yang saya rasa ini masih sangat relevan untuk diajarkan pada institusi pendidikan saat ini.
Jika bercermin pada kegiatan belajar dan pengajaran sebenarnya kita masih kalah jauh dengan generasi dimana ilmu pengetahuan menjadi penerang kehidupan di dunia ini. Melihat dari aspek sejarah perkembangan kerajaan-kerajaan islam yang maju dan sangat berkembang pada abad ke-11 sampai ke-16 M ataupun saat pembebasan bangsa eropa yaitu reinasance setelah abad ke-16. Saat ini memnag lebih maju akibat desimenasi teknologi yang sangat cepat. Akan tetapi sangat Jet-lack dengan perkembangan pengetahuan masyarakatnya yang hanya mementingkan status daripada sebuah keniscayaan ilmu.
Status disini dapat diartakan luas, seperti status sosial atau hanya sebuah gelar, prestasi dan pengakuan tanpa melihat sebuah indahnya proses dalam mencapai hasil tersebut. Para ilmuan masa lalu yaitu dalam periode Islam sangat menghargai sebuah proses ini, akibatnya banyak dasar dan perkembangan ilmu pengetahuan berakar dari intuisi mereka dan sangat rasional dengan kehidupan sehari-hari, bahkan dipakai sampai saat ini.
Proses ini adalah akhlak dalam menuntut ilmu, dalam kitabnya Ta'lim mu Ta'allimmenyebutkan "tidak akan dapat seseorang itul dalam mencapai sebuah ilmu tanpa mengetahui enam perkara atau syarat". Syarat ini sangat fundamental menurut penulis, karena menjadi patokan seseorang tersebut dalam menangkap sebuah pengetahuan dan ilmu.
Kecerdasan