Mohon tunggu...
Ainurrofiq
Ainurrofiq Mohon Tunggu... Guru - Pelajar

Bahagialah dalam hidup Dan hiduplah bahagia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suka Duka di Balik Sandal Ghasab

29 November 2021   13:04 Diperbarui: 29 November 2021   13:38 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


***
Seperti biasa, setelah sholat berjemaah, dzikir bersama, membaca istighasah atau yang lebih populer di kalangan santri dengan ya man yara, dan doa tibbil qullub sebagai penutup, Ahmad tidak segera turun. Ia mengangkat kedua telapak tangannya hingga sejajar dengan bahunya, sedang jari-jarinya lurus menghadap ke langit. Dengan khusu' Ahmad melangitkan do'a kepada sang kuasa, tidak pernah lupa ia sebut dalam doa nama kedua orang tuanya.

Ahmad terkenal sebagai santri muluk. Hampir setiap sholat berjemaah ia turun paling akhir. satu persatu santri pergi meninggalkan masjid hingga tersisa beberapa santri yang masih hanyut dalam bahtera doa. Ahmad mengakhiri doanya dengan membaca sholawat kepada Nabi iapun beranjak dari tempat duduknya untuk kembali ke asrama.

Ahmad berjalan pelan menuju tempat dimana ia meletakkan kedua sandal kesayangannya. Alhasil, kedua sandalnya sudah tidak ada. Ahmad berjalan mengelilingi masjid berharap masih bisa menemukan kedua sandalnya.

"Hei, Mad ngapain kamu berputar mengelilingi masjid kayak orang thawaf saja?," tanya Zidan mengagetkan.
"sandal saya hilang lagi nih, padahal belum satu minggu aku membelinya " jawab Ahmad memelas.
"Yang sabar Mad, insyaallah orang sabar banyak ayamnya," ngeledek
Tanpa pikir panjang Ahmad pergi kembali ke asramanya dengan kaki telanjang, semua pandangan tertuju pada Ahmad bak artis papan atas yang berjalan di atas red karpet namun tak sedikitpun Ahmad menghiraukan pandangan teman-temannya.
****
Sesampainya di asrama, Ahmad membuka dompetnya berharap masih ada lembaran-lembaran uang untuk membeli sandal lagi. Setelah dibuka ternyata hanya tersisa satu lembar uang sepuluh ribu.
"Jika uang ini aku gunakan untuk membeli sandal, aku harus rela kelaparan selama satu minggu," gumamnya dalam hati.

Waktu kiriman Ahmad masih satu minggu lagi, ia tidak mungkin menelpon untuk dipercepat kirimannya atau pulang untuk sekedar meminta uang kiriman karena ekonomi orang tuanya yang pas-pasan.

Jika Ahmad mau, bisa saja ia menghasab sandal temannya atau bahkan mengambil uang temannya, namun saat keinginan-keinginan itu terbesit  di pikiran Ahmad, Ahmad selalu teringat dawuh gurunya,

"Hidup di pesantren itu harus hati-hati atau wira'i agar ilmumu barokah"
Sambil menggenggam uangnya dan mengucap basmalah Ahmad pergi ke koperasi pesantren untuk membeli sandal baru. Ahmad siap kelaparan daripada harus menghasab dan mencuri milik temannya.
"Saya pinjam sandalnya, Sal" pinta Ahmad kepada Faisal.
"Emang mau kemana?," tanya Faisal penasaran
"Mau ke koperasi beli sandal," jawab Ahmad
"Sandal kamu hilang lagi Mad?" Ali ikut bertanya
"ia padahal baru beli kemarin," jawab Ahmad sambil berkaca-kaca
"Makanya sandalmu diikat saja ke kekakimu biar gak hilang lagi," sambil tertawa membuat teman satu asrama tertawa semua.
Ahmad hanya senyum tipis dan pergi menuju koperasi.
****
Di koperasi Ahmad melihat sandal yang mirip dengan sandalnya yang hilang. Ahmad terus memandangi pasang sandal yang berjajar rapi di depan koperasi
"Kayak sandalku yang hilang," pikir Ahmad
"Sudahlah aku ikhlaskan saja daripada dugaanku salah lebih baik hati-hati" sambil memalingkan pandangannya dari 2 pasang sandal yang ia lihat.
" tumben ke koperasi Mad" tanya alif mengagetkan
"Oh aku mau beli sandal, sandal aku hilang tadi di masjid saat shalat berjemaah. Kamu kesini ngapain," Ahmad balik bertanya

"Seperti biasa beli berbagai macam makanan," sambil memperlihatkan barang yang dibeli.
Ahmad terperangah melihat makanan yang dibeli Alif karena jika di total, kiriman Ahmad selama satu bulan tidak cukup untuk membelinya.

"Aku duluan ia Mad," beranjak pergi menuju tempat pembayaran.
Ahmad memilih sandal yang pas dan nyaman untuk kedua kakinya dan pastinya dengan harga yang paling murah.
Sebelum membayar Ahmad tanpa sengaja melihat Alif memakai sandal yang berada di depan koperasi dan mirip sekali dengan sandalnya yang hilang.
****

Alif salah satu santri yang terkenal boros, ia sering mentraktir teman-temannya dan gonta ganti sandal, tidak heran jika ia masuk dalam daftar santri yang dicurigai saat ada peristiwa kehilangan.
"Nih bro, aku bawakan makanan banyak," Alif memberikan makanan yang baru ia beli di koperasi kepada teman-temannya.

"Wah mantap nih, memang bos andalan," teman-teman Alif memujinya
"Siapa dulu sultan," Alif merasa jumawa di depan teman-temannya.
" kayaknya ada yang baru nih?" Tanya Adit, membuat Alif penasaran.
"Maksud kamu?" Alif penasaran
"Itu, tuh," sambil menunjuk kedua kaki Alif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun