Mohon tunggu...
Ainur Rohman
Ainur Rohman Mohon Tunggu... Nelayan - Pengepul kisah kilat

Generasi pesisir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dipaksa Diam

3 November 2018   20:12 Diperbarui: 3 November 2018   21:37 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Bangau Di Bulan Oktober

Merasa tidak nyaman dan terhina dengan desas-desus yang berkembang, raja singa berniat mendatangi dan menghampiri Sapari, si burung dara yang membikin lemah mental rakyatnya.

Sebagaimana layaknya seekor raja yang bijak dan mampu mengayomi kawanan singa yang terkenal buas. Sang raja hutan sowan ke pohon jati tempat burung dara itu bertengger, dengan bijaksana sang raja singa itu berkata kepada Sapari.

"Ada perkara apa sampai kau di sini? ini wilayah hutan singa. Apakah kamu tak tahu! Setiap yang datang ke sini harus memberi pajak barang berharganya, termasuk nyawamu. Bila kau tak bisa memberikan barang berharga mu, dengan senang hati! kami akan memangsamu, wahai burung dara yang terlampau nekad."

Sapari maklum, kepalanya menunduk takdim tanda memberi hormat. Dengan lemah lembut dan hati-hati, dia berkata pada raja singa.

"Sahaya lebih dari tahu segala resikonya paduka raja, mohon beribu ampun paduka raja. Hamba merasa khawatir dengan apa yang sudah dilakukan kawanan singa terhadap kelangsungan hidup di hutan ini."

Mata raja singa melotot, wibawanya tercoreng oleh tingkah laku burung dara yang lihai. Dengan mimik wajah serius, raja singa menimpali.

"Aku singa, sang raja hutan di rimba belantara ini. Aku tak punya rasa khawatir, rasa khawatir itu hanya ada pada mangsa-mangsa ku, seperti kau burung sok tahu dan sombong."

Sapari mengepakkan satu sayapnya ke dada--dengan pelan kepalanya menunduk lebih rendah--memberi hormat pada sang raja hutan.

"Mohon beribu ampun paduka raja, bila hamba telah lancang bicara. Memang benar, tiada yang salah, apa yang sudah paduka raja katakan itu, hanya pada kamilah yang lebih lemah ini untuk selalu cemas dan khawatir. Barangkali paduka raja belum tahu. Apakah paduka tak lihat di seberang hutan ini ada puluhan manusia. Hanya puluhan paduka, tak sampai seratus, belumlah sampai jutaan jumlahnya, jika sampai jutaan itu akan lebih mengkhawatirkan lagi, gawat, darurat. Bila paduka raja tak bersahabat dengan semua hewan yang ada di hutan ini. Maka akan semakin cepat hutan ini akan dikuasai oleh manusia."

Raja singa tertawa, gigi-gigi taringnya terlihat.

"Ha-ha-ha, Ha-ha-ha. Wahai rakyatku sekalian, kalian sudah dengar apa yang dikatakan oleh burung tak elok ini." Dan kawanan singa yang mendengar perkataan rajanya itu ikut tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun