Mohon tunggu...
Ainur Rohman
Ainur Rohman Mohon Tunggu... Nelayan - Pengepul kisah kilat

Generasi pesisir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dipaksa Diam

3 November 2018   20:12 Diperbarui: 3 November 2018   21:37 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Bangau Di Bulan Oktober

Pada zaman dahulu kala. Nun jauh di sana di dalam rimbunnya sebuah hutan belantara. Hiduplah bermacam-macam hewan. Dari sekian macam banyak hewan, hiduplah seekor burung Dara, yang dalam kesehariannya sangat suka menyendiri. Nama burung dara itu, Sapari. si Sapari ini suka terbang mengarungi hutan belantara sendirian.

Ketika asek terbang mengarungi hutan, sampailah dia di sebuah alun-alun bandar atau kota kerajaan Singa. Sapari hinggap di dahan pohon jati, sorot matanya mengamati hiruk-pikuk pola kehidupan kawanan singa, tingkah laku kawanan singa sangat congkak, sombong dan angkuh. kawanan singa itu suka memakan apapun yang mereka mau, memakan apapun sekehendak hati.

Dalam relung dan benak pikiran Sapari berkata. "Bila semua hewan di hutan ini habis dimakan oleh singa. Apakah mungkin mereka akan makan sesamanya. seperti tingkah laku manusia." Cuitan batin Sapari, gundah.

"Hauuum."

Tanpa disadari oleh dirinya sendiri, suara auman singa membuyarkan lamunannya, hilang tak berbekas. Seekor singa muda menghampiri Sapari yang bertengger di atas dahan pohon jati. Singa muda itu mengaum, menggertak, menghardik, hendak menakut-nakuti dan memperingatkan Sapari.

"Kenapa kau tak takut pada aumanku."

Singa muda itu berkata pada Sapari. Gerutu singa muda itu kesal. Sapari hanya diam saja, berlagak seakan-akan tuli. Singa muda itu meradang, tak terima jiwa satrianya dilecehkan mentah-mentah oleh seekor burung dara.

"Akan ku terkam, kau burung sombong!"

Ancam singa muda itu serius. Sapari pun masih diam saja, tetap tak bergeming. Melihat kawan mudanya yang tidak mendapat penghormatan yang selayaknya satria, sebagaimana kesatria yang harus dihormati oleh kaum yang lebih lemah (baca: kawulo alit). Seekor singa yang lebih gagah besar, datang menghampiri Sapari dan singa tersebut langsung murka.

"Mau main-main, kau di sini. cari mati, kau burung tak tahu diri."

Sapari hanya memandang singa itu dengan lagak tersenyum sinis. Entah bagaimana caranya, cerita kawanan singa yang merasa kecut pasih itu sampai ke kedaton kerajaan. Hingga isu itu melebar terbang tak tentu arah tujuan dan sampai juga ke telinga sang raja singa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun