Mohon tunggu...
Ainun SuciQurani
Ainun SuciQurani Mohon Tunggu... Lainnya - Bdz_x

belajar bukan karena nilai melainkan karena ia bernilai

Selanjutnya

Tutup

Diary

Hayya 'Alal Falah, Yuk Pulang Menuju Kemenangan

15 Mei 2021   11:10 Diperbarui: 15 Mei 2021   13:38 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Anak-anak krisis akan moral dan akhlak, para remaja sibuk akan gedget yang telah memperbudaknya, kaum hawa sibuk dengan fashion tuk kecantikan yang menipu, lalu bapak-bapak sibuk akan bisnisnya. Beribu mesjid megah berdiri, tetapi kosong dengan kesepian. Perpustakaan sunyi dengan tumpukan buku yang berdebu, lalu kemanakah mereka yang rindu tuk menggali keilmuan. Drakor perlahan menjajah akal dan pikiran generasi, apakah negara ini krisis kan kepahlawan sehingga harus berkiblat dengan oppa-oppanya? Entah apa yang menimpa hari ini, dan penyakait apa yang diderita ummat. Syubhat, khurofat atupun pamali, ta'shub ataupun fanatik serta bid'ah menyebar dan memecahkan persaudaraan. Pesatnya kemajuan komunikasi dan teknologi kini merusak kualitas akal dan pikiran. 

Kemalasan, kelalaian, serta syahwat telah menutupi mata tuk maju menuju peradaban. Kecemasan yang diliputi ketakutan, serta putus asa tanpa optimis,dan visi misi yang tak jelas menjadikan kepribadian bermental krupuk, lalu kemanakah generasi yang diharapkan. Lemahlah mimpi juga cita, iman dan takwa mengkriuk, sementara dengungan tuk kemenagan terus memanggil, namun sayang mereka tertidur. Kuteringat dengan kisah laut yang pernah kubaca disalah satu kitab. Tiap hari laut mengaduh dan mengeluh kepada Robb Sang Pencipta, dengan rasa jengkelnya terhadap ulah tangan-tangan manusia sehingga tiada hari melainkan meminta izin kepada Tuhan tuk menghancurkan Bani Adam, sebagaimana yang disabdakan Rosulullah: (( )) " tiada hari melainkan laut meminta izin kepada Robbnya tuk menenggelamkan Bani Adam" Apakah mungkin tsunami, banjir, gempa yang sering menimpa negara ini arti dari amukan laut? Ataukah sekedar bencana alam? 

*** "ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR" suara adzan membangunkan lamunanku juga membuat mobil yang kutumpangi terhenti mencari tempat tuk berparkir. Mesjid yang begitu indah dengan kubah berwarna emas, ah rasanya rindu tuk sholat di Quds. Kutatap lamat menara itu, merdu mendengungkan adzan dilangit-langit Nusantara membuatku harus bersyukur bahwa adzan masih berkomandan. Rasanya hati gemetar penuh rindu dan pilu, hingga air mata menetes ketika muadzzin berseru " " mari mendirikan sholat, mari menuju kemenangan. Apakah panggilan kemenangan inikah yang orang-orang abaikan? Bagaimana mungkin mata mampu terpejam tidur, berleha-leha mengabaikannya? Bagaimana mungkin telinga mengabaikan apa yang di serukannya? Bagaimana mungkin akal mampu menolak panggilan agung ini? 

Yah, pulang kembali keharibaanNya itulah kemenangan pada hakikatnya tuk meraih kejayaan dan kemerdekaan. *** Matahari perlahan-lahan semakin condong ke Barat menandakan hari semakin sore, cukup melewati Cibadak lalu menuju Cimenteng dan disitulah pondok tempatku bernaung tuk menjadi kader cendikiawan yang kan mencerahkan bangsa kelak, lalu mengukir sejarah keemasan dan mengembalikan kejayaan islam. 

Rasanya tak sabar lagi melampiaskan rindu tuk bertemu dengan mereka teman seperjuangan, rindu duduk bersama dalam tiap halaqoh-halaqoh ilmu, bersama mereka para masyaikh serta ustadz juga ustadzah yang sangat kucintai, yang telah mengajariku hakikat dan makna kehidupan yang sebenarnya dan yang sesungguhnya. Rindu bernostalgia bersama mereka dalam mengkaji alqur'an, hadits-hadits, juga ilmu-ilmu warisan para ulama.Rindu duduk bernostalgia dibawah kubah putih di tiap penghujung malam. 

Rindu bersama mereka menghafalkan bait-bait syi'ir para ulama, juga rindu bersama berjuang tuk mengikuti medan tempur ujian. Empat tahun bersama dalam satuan cita dan mimpi, sungguh sangat indah tuk dikenang. Tak terasa ternyata tahun ini ialah yang terakhir kalinya tuk bersama lalu berpisah tuk berlabuh di negeri seberang. 

Meneruskan dan menunaikan cita yang telah tertulis dalam peta impian tuk memperjuangkan cahaya islam.Tuk itu dan tuk segalanya ku ucakan terima kasih, moga rahmat dan keberkahan selalu menaungi. Kupunya pertanyaan yang selalu terbesik dalam benak, apakah masih ada pemuda yang susah memejamkan matanya tuk membuktikan janji Rosul tuk menaklukkan Roma, sebagaimana Muhammad Al-Fatih telah berhasil menaklukkan Konstatinia? Atau apakah ada sorang wanita yang berjuang keras memantaskan diri tuk melahirkan seorang Al-Fatih yang kan menaklukkan Rumm atau yang kan membebaskan Quds yang masih terjajah?

 Ainun Suci Qur'ani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun