Mohon tunggu...
Muhammad Ainun Najib
Muhammad Ainun Najib Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pelajar

Terus belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gus Dur dan Pluralisme

18 September 2019   05:54 Diperbarui: 18 September 2019   10:25 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

K.H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur merupakan seorang kiai, seniman, filsuf dan cendikiawan muslim yang tak hanya dikenal di Indonesia namun juga sudah dikenal di kalangan dunia internasional bahkan jauh sebelum beliau menjabat sebagai presiden. Pemikiran-pemikiran beliau yang terkesan unik atau bahkan ada yang menyebut nyleneh ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga dunia. 

Beliau adalah presiden ke-4 Indonesia yang memiliki perbedaan dengan presiden-presiden yang lain. Memang Gus Dur memiliki penglihatan yang terbatas, kendati demikian Gus Dur lebih mampu melihat kesetaraan dan keadilan daripada presiden-presiden Indonesia yang lain.

Salah satu contoh bahwa Gus Dur mampu melihat kesetaraan dan keadilan adalah ketika beliau mampu menghargai pluralisme ketika saudara kita yang berdarah tionghoa bisa kembali mendapatkan haknya di negerinya sendiri, Indonesia. Mereka bebas merayakan peringatan imlek, kegiatan keagamaan dan adat istiadat tionghoa secara terbuka di indonesia tanpa merasa terancam.

Berbicara mengenai pluralisme, Gus Dur dikenal dengan bapak Pluralisme Indonesia dengan pemikiran-pemikiran dan keberaniannya. Pluralisme adalah sebuah pandangan yang menghargai dan mengakui adanya keragaman identitas, seperti suku, agama, budaya, ras, etnis dll. Pluralisme harusnya menjadi sarana bagi manusia untuk memahami anugerah tuhan agar terciptanya toleransi dan harmoni di tengah kehidupan.

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman baik dalam hal suku, agama, budaya, ras, etnis dan lain sebagainya. 

Keadaan ini membuat bangsa Indonesia sangat rentan terjadi pergesekan antar kelompok tertentu yang  mengarah pada perpecahan bangsa. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga indonesia agar tidak terjadi pergesekan maka diperlukan sikap saling menghargai dan saling mendukung dalam keanekaragaman tersebut.

Mahfud MD dalam tulisannya "Belokan Pluralisme Gus Dur", mengenai konsep pluralisme, Gus Dur menganalogikan sebagai sebuah rumah besar yang terdiri atas benyak kamar dan setiap orang memiliki kamarya sendiri-sendiri. Saat di dalam kamar, setiap orang dapat menggunakan kamarnya serta berhak melakukan apapun di dalam kamar mereka. 

Namun ketika berada di ruang tamu atau ruang keluarga, maka setiap penghuni kamar wajib melebur untuk menjaga  kepentingan bersama serta wajib bekerja sama merawat, menjaga dan melindungi rumah tersebut ketika terjadi serangan dari luar. Tidak peduli dari mana asal kamarnya, mereka wajib untuk bersatu melawan penyerang yang mengancam keamanan rumah tersebut.

Berdasarkan analogi di atas, bila dihubungkan dengan konsep kehidupan bernegara. Setiap orang dimana pun dan darimana pun mereka berasal tanpa memandang agama, ras, suku, etnis, adat istiadat dan budayanya mereka wajib merawat, menjaga dan melindungi rumah besar kita yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Dari sini kita belajar bahwa pluralisme tidak pernah memandang darimana kalian berasal, kita semua adalah sama makhluk tuhan yang dinamakan manusia Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun