Mohon tunggu...
Muhammad Ainun Najib
Muhammad Ainun Najib Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pelajar

Terus belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketupat sebagai Simbolisasi Hari Raya Idul Fitri Masyarakat Jawa

11 Juni 2019   12:15 Diperbarui: 12 Juni 2019   15:40 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari raya Idul Fitri merupakan salah satu hari yang paling ditunggu-tunggu oleh umat islam di seluruh dunia. Hal ini juga dirasakan oleh umat muslim di indonesia. Hari dimana selalu identik dengan berbagai macam tradisi yang telah begitu melekat dalam kehidupan masyarakat muslim indonesia.

Salah satu tradisi yang selalu ditemui pada perayaan lebaran ialah adanya suatu makanan khas indonesia khususnya masyarakat jawa yaitu kupat/ketupat. Makanan yang terbuat dari anyaman daun kelapa muda yang biasa disebut janur dan diisi dengan beras yang kemudian dimasak dengan cara direbus ini hampir dapat ditemui di setiap rumah di jawa.

Ada salah satu hal yang menjadi ciri khas masyarakat jawa yaitu adanya perayaan hari raya ketupat yang biasanya diadakan seminggu setelah hari raya idul fitri. Mereka membuat ketupat untuk dibawa ke masjid atau musholla terdekat dan melakukan do'a bersama  serta ditutup dengan makan ketupat bersama seluruh masyarakat. Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dalam masyarakat jawa sejak dulu.

Ketupat merupakan simbol perayaan hari raya islam di jawa yang ada sejak pemerintahan kerajaan Demak pada awal abad ke-15 masehi. Ketupat sendiri memiliki filosofi diantaranya:

- Kupat atau Ketupat, memiliki arti Ngaku Lepat atau mengaku bersalah.

- Janur, memiliki arti Jatining Nur atau Hati Nurani.

- Beras, menggambarkan nafsu duniawi.

- Anyaman Janur, memiliki arti kompleksitas masyarakat jawa yang harus dilekatkan dengan tali silaturahmi.

-Bentuk Ketupat, memiliki arti kiblat papar (arah mata angin) dan limo pancer (kiblat).

Secara keseluruhan Kupat atau Ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Oleh karena itu, sebagai generasi muda sudah seharusnya kita melestarikan tradisi yang mempunyai makna mendalam ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun