Mohon tunggu...
Ainun Ahmad
Ainun Ahmad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Koruptor, Wajah Indonesia Saat Ini

24 September 2018   11:25 Diperbarui: 24 September 2018   16:24 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hal yang muncul pertama kali dalam benak saya ketika mendengar kata "wajah indonesia" adalah koruptor. Ini karena telah maraknya kasus korupsi di Indonesia. Koruptor dalam KBBI berarti orang yang melakukan korupsi; orang yang menyelewengkan (menggelapkan) uang negara (perusahaan,organisasi,yayasan, dan sebagainya) di tempat kerjanya. Koruptor bukan lagi suatu hal yang tabu untuk dibicarakan di negeri ini. 

Saya pikir, hampir semua aparatur negara melakukan perbuatan yang tak bermoral tersebut. Seperti penangkapaan sejumlah 42 anggota DPRD di Malang baru-baru ini. Kasus ini juga terjadi di daerah Sumut dan Padang.

Saat ini Indonesia sedang dalam keadaan darurat korupsi. Koruptor telah menjadi-jadi di negeri ini. Dari saking maraknya,sampai-sampai korupsi tidak lagi di sebut kejahatan luar biasa. Dan istilah semakin runcing kebawah dan semakin tumpul keatas bukan hanya sebuah istilah lagi. Hal ini terbukti dengan ringannya vonis dan perlakuan istimewa untuk para narapidana koruptor. 

Bandingkan ketika rakyat biasa diduga melakukan pencurian, dari prosesnya saja akan jadi sangat rumit. Dan di saat para pencuri ditangkap dengan tangan dalam keadaan terborgol, para koruptor malah asik melambaikan tangan pada para wartawan dengan senyum sumringah mereka. Jujur sangat miris saya melihatnya. Dimana rasa malu mereka? Dimana rasa bersalah mereka?

Nampaknya negeri kita benar-benar telah menjadi negeri para koruptor. Baru-baru ini negara kita digemparkan oleh keputusan yang telah dikeluarkan oleh MA (Mahkamah Agung) bahwa calon koruptor pun bisa mengikuti pemilu dalam 2019 nanti. Keputusan ini menghasilkan kabar baik dan kabar buruk. Kabar baik bagi para mantan koruptor dan partai politiknya, dan kabar buruk bagi pihak yang kontra dengan keputusan tersebut. 

Saya masih tak habis pikir, bagaimana bisa seorang yang sudah jelas-jelas sudah merampas hak rakyat dengan percaya dirinya menganggap dirinya akan dapat dukungan penuh dari rakyat.

Lagi-lagi saya hanya bisa geleng-geleng kepala ketika mendengar salah satu mantan koruptor memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pembawa acara di salah satu stasiun tv ketika ditanya tentang pencalonannya di pemilu 2019, dia malah menjawab "masyarakat banyak yang meminta saya nyaleg, berarti saya kan layak". Walaupun sudah jelas-jelas telah mencuri uang rakyat, mereka tetap merasa berhak menjadi anggota yang terhormat. Ini menandakan bahwa mereka telah benar-benar akut krisis rasa malu.

Semua ini terjadi karena tidak adilnya hukum di negara kita. Seperti istilah yang sering saya dengar di media "dimana maling ayam digebuki warga, dan maling uang rakyat dipelihara negara". Lalu apa bedanya antara maling ayam dan maling uang rakyat? Toh mereka sama-sama maling. Yang membedakan hanya objeknya saja. Dimana saat maling sandal jepit divonis bertahun-tahun maling uang rakyat yang jumlahnya jutaan bahkan milyaran rupiah di vonis hanya beberapa tahun saja. Sekali lagi, sangat jelas disini istilah semakin kebawah semakin tumpul dan semakin kebawah semakin runcing.

Seharusnya negara ini harus lebih tegas dalam menghukum para koruptor agar mereka mendapatkan efek jera bukannya malah memfasilitasi mereka dengan kemewahan yang disediakan di lapas mereka. Apalagi memberi kesempatan kepada mereka untuk menjadi wakil rakyat.

Sekali maling tetap maling. seharusnya para koruptor dihukum dengan hukuman yang setimpal. Seperti di China yang menghukum mati para pegawainya yang melakukan korup di depan pegawai-pegawai yang lain, agar menjadi contoh dan memberi rasa takut kepada pegawai-pegawai yang lainnya untuk melakukan hal yang sama. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun