Mohon tunggu...
Faridilla Ainun
Faridilla Ainun Mohon Tunggu... Human Resources - Ibu-ibu kerja

Ibu yang suka ngaku Human Resources Generalist dan masih belajar menulis. https://fainun.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kini Saya Memahami, Kenapa Ada Masjid atau Musala yang Tutup Selain Waktu Salat

6 November 2018   09:32 Diperbarui: 7 November 2018   00:52 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
masjid - sumber : pixabay

Dalam perjalanan mudik saya dari Palembang menuju Padang, saya memperhatikan sesuatu, banyak masjid atau musala di pinggiran jalan yang pagarnya tertutup hampir rapat. Seakan-akan tak ada yang boleh memasuki tempat suci tersebut. Memang, saya melewati banyak masjid sepanjang perjalanan dan ditutupnya pagar atau pintu masjid bukan pada waktu salat.

Masjid adalah tempat ibadah. Tempat untuk berdakwah dengan modern karena kini jika ada ceramah atau tausiyah dari ustad terkenal, pengurus masjid dan tim bisa menyiarkan secara live di youtube dan merekamnya agar dakwah tidak hanya didapat orang yang datang saat itu. Ada pula pemerintah kota yang berani memasang wifi di masjid. Tentu ini untuk menunjang dakwah semakin meluas dan lebih gampang.

Pertanyaan muncul di benak saya, mengapa masjid banyak ditutup? Padahal, orang-orang bisa saja dalam perjalanan ingin melakukan salat Dhuha. Bisa saja, dalam perjalanan orang ingin beristirahat sejenak. Ya, saat ini masih banyak musafir atau orang-orang yang melakukan perjalanan antar kota dengan menggunakan kendaraan pribadi di jalur darat. Entah itu sepeda, motor, atau mobil yang bisa saja mengangkut rombongan.

Saya teringat mungkin baru sekitar 4 atau 5 tahun lalu, ketika saya masih suka berpergian dengan teman-teman backpacker, kadang ada yang nyeletuk, "udah kalau gak dapat tempat nginap, ngemper di teras masjid saja". Bisa jadi, memang banyak orang yang dalam perjalanan memilih masjid sebagai tempat beristirahat.

Memang ada masjid yang didesain dengan AC yang dingin sehingga membuat lantai masjid menjadi dingin. Walaupun ada larangan untuk tidak tidur-tiduran di dalam masjid karena memang itu tempat ibadah, dinginnya hawa terasa sampai luar, membuat kita duduk di terasnya saja sudah terasa adem. Mungkin, lebih baik ditutup, daripada orang menyalahgunakan, hanya ingin tidur-tiduran di masjid. 

Saya mencoba menerka jawaban yang lain mengapa banyak masjid yang ditutup sekarang selain di jam salat. Bahkan masjid di pinggir jalan yang terbilang cukup besar dekat rumah saya. Mungkin, pengurusnya memang sedang tak ada di tempat, begitu pikir saya.

Ingatan kembali ketika masa kuliah dulu. Ketika diminta berhati-hati bila melihat ada kelompok-kelompok kecil yang berkerumun. Bisa jadi mereka sedang kajian aliran sesat. Duh, pesan seperti itu kadang membuat kita menjadi suudzon atau berburuk sangka. Padahal bisa saja mereka kajian yang benar.

Memang di masa kuliah, walau kampus saya bukan kampus islami, namun bisa dibilang banyak juga aktivis masjid yang membuat masjid tetap ramai. Namun, tetap saja, isu-isu tentang si ini aliran sesat, si itu pengajiannya beda, si anu salatnya aneh masih saja ada. Bahkan gossip tentang penculikan si A setelah ikut pengajian pun ada. Pesan untuk waspada dan berhati-hati selama di masjidpun selalu terpatri. Padahal, berprasangka buruk termasuk perilaku yang diminta dijauhi.

Mungkin ini salah satu alasan mengapa masjid lebih sering dibuka di waktu salat atau ketika ada kajian khusus dengan mendatangkan ustad/ustazah untuk berdakwah. Agar tak ada prasangka bahwa masjid atau musala menjadi tempat untuk ajaran yang tak tepat.

Beberapa waktu lalu, saya sempat salat di salah satu masjid di Palembang. Masjid ini kerap ramai di waktu salat bahkan sampai parkirannya penuh dan banyak mobil yang parkir di pinggir jalan. Selepas salat, suami bercerita tentang seseorang yang sedang beristirahat selepas salat duhur, lalu kehilangan laptop. Padahal, masjid ini dilengkapi CCTV atau kamera pengawas. Namun, sepertinya yang mengambil sudah tahu dan bertindak dengan gesit.

Walaupun masjid tempat ibadah, bukan berarti semua orang memiliki niatan yang baik. Bisa jadi masih ada godaan-godaan setan atau iblis yang masih muncul sehingga hati orang bisa menjadi tergoda untuk berlaku kurang terpuji. Kita tentu ingat, tak jarang orang mengeluh sandalnya hilang selepas jumatan. Saya pun teringat cerita beberapa teman bahwa ada yang kehilangan handphone, dompet, bahkan laptop saat di masjid. Namun, orang yang ibadah kepada Allah tentu paham bahwa semua harta adalah titipan. Walaupun kecewa, tetap ikhlas biasanya. Tapi, tetap saja pernah ada yang merasa sial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun