Mohon tunggu...
Ainun Fuadah Diyanah
Ainun Fuadah Diyanah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tentang Dia

3 Oktober 2013   21:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:02 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sering aku melihatnya, entah saat sekelas dengannya di pelajaran tertentu, kadang-kadang di parkiran, kadang juga saat bersama teman-temannya. Saat aku melihatnya, aku pikir dia adalah seseorang yang pendiam, tak banyak tingkah maupun bicara. Bisa jadi menurut orang-orang yang melihatnya dia adalah seseorang yang cuek, dengan teman pun dia pilih-pilih untuk bergaul. Dia tinggi, bahkan lebih tinggi dariku. Kulitnya yang sawo matang dan senyumnya itu loh yang bikin dia terlihat lebih manis, hehe. Itu sih menurutku saat awal aku melihatnya. Tapi, teman-temanku bilang kalau dia itu anak yang pemalas, super cuek lagi, sama tugas aja dia kelihatan gak hirauin gitu. Aku sih gak percaya kalau si dia seperti kata teman-temanku tadi. Tak lama kemudian aku dekat dengannya. Namun, setelah aku mengenalnya dia tak seperti yang aku pikirkan semula dan jauh beda dari yang teman-temanku pikirkan. Yang awalnya aku pikir dia seseorang yang amat sangat pendiam tapi nyatanya dia adalah sosok yang periang, suka bercanda, bahkan menurutku dia gokil banget, aku saja sering tertawa terbahak-bahak kalu sedang bercanda dengannya, hehe alay :D. Apalagi pernyataan teman-temanku bahwa dia adalah sosok anak yang pemalas dan tak pernah hiraukan tugas, wahh... itu benar-benar pernyataan yang salah total, hehe. Dia gak seperti itu kok. Malah menurutku dia lebih rajin daripada aku. Yahh, buktinya aja tugas kelompok yang masih beberapa minggu lagi dia sudah cari referensi mulai dari beberapa minggu sebelumnya dan sudah selesai ngerjainnya. Aku saja baru dapat beberapa referensi namun dia referensinya udah buuuanyak banget. Nah loo, masak seperti itu masih dibilang pemalas ? engga tohh ? hehehe.

Wah wah, sepertinya daritadi serius banget yaa bacanya, hehe. Teman-teman, cerita diatas itu hanya sebuah contoh dari pengenalan objek atau pola. Nah ternyata tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari kita melibatkan sebuah interaksi yang begitu rumitnya antara sensasi yang kita terima dari stimulus-stimulus di lingkungan kita, dengan persepsi dan memori kita serta pencarian kognitif yang ternyata bertujuan untuk pengenalan terhadap pola tersebut. Dalam pengenalan terhadap objek atau pola, kita tidak hanya melihat pola atau objek dalam bentuk fisik saja misalnya yang kita lihat melalui indera kita. namun pengenalan objek atau pola juga dapat kita kenal melalui pengalaman-pengalaman sebelumnya. Kita berpersepsi tentang seseorang dan mengatakan bahwa orang tersebut cantik, ganteng, manis, dsb tersebut juga merupakan suatu pengenalan objek atau pola.

Dalam memahami dan mempelajari pengenalan pola atau objek terdapat dua teori yang dapat membantu kita memahami bagaimana suatu sensasi diproses menjadi persepsi sebuah pola atau objek. Kedua teori tersebut antara lain : teori persepsi konstruktif (constructive perception) yang menyatakan bahwa manusia “mengkonstruksi” persepsi dengan secara aktif memilih stimuli dan menggabungkan sensasi dengan memori. Nah, yang dimaksud menggabungkan sensasi dengan memori dalam teori diatas maksudnya seperti yang saya jelaskan tadi bahwa dalam pengenalan objek dapat kita kenal melalui pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan teori selanjutnya adalah teori persepsi langsung (direct perception) yang menyatakan bahwa persepsi terbentuk dari perolehan informasi secara langsung dari lingkungan. Proses dalam pengenalan objek atau pola :

Sensasi - Atensi - Pengenalan Objek/Pola - Persepsi

Kalian pasti bertanya-tanya, atensi sendiri itu apa sih ? Atensi merupakan pemusatan pikiran pada suatu objek dan pada saat yang sama seseorang mengabaikan objek yang lain. Jadi, sebelum kita mengenali sebuah pola dan membuat sebuah persepsi tentang pola tersebut kita pasti lebih dahulu memusatkan pikiran pada satu pola tertentu.


Sumber : Solso, Robert L. dkk. (2007). Psikologi Kognitif. Erlangga: Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun