Mohon tunggu...
Ainag Al Ghaniyu
Ainag Al Ghaniyu Mohon Tunggu... Buruh - a jannah seeker

Writing for healing

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Perempuan yang Terpaksa Bekerja

12 April 2021   08:30 Diperbarui: 13 April 2021   21:03 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Memandang perempuan bekerja tak seharusnya semata-mata hanya kita pahami sebagai wanita yang mengejar karir. Pilihan untuk bekerja atau tidak, terutama bagi perempuan yang telah menikah, tidak pernah sesederhana itu.

Wanita lajang lebih memiliki kebebasan memilih dan menentukan jalan hidupnya. Termasuk memilih untuk berkarya di bidang apa, di mana, dan dengan cara bagaimana. Tidak terlalu perlu mempertimbangkan izin dan kondisi orang-orang terdekatnya.

Sebaliknya, ketika mereka telah menikah, lalu dikaruniai keturunan, bekerja bukan perkara yang mudah untuk dijalankan. Dalam perspektif Islam, mereka harus mendapat ijin dari suami, dan memenuhi serangkaian aturan. Sebaik-baiknya perempuan adalah berada (berkarya) di rumahnya.

Ketika dihadapkan dengan permasalahan sosial yang faktual, kita tak bisa menutup mata terhadap ironi yang dihadapi jutaan perempuan. Tanpa bermaksud memojokkan para pria, dewasa ini makin banyak kita temukan kasus perempuan yang terpaksa harus bekerja meski telah menikah.

Suami yang belum sanggup mencukupi kebutuhan rumah tangga yang begitu menghimpit, tak bisa disamakan dengan sekedar keinginan untuk hidup lebih dari cukup. Karena meski keduanya sama-sama membanting tulang, hidup layak terkadang masih jauh dari jangkauan.

Suami yang sudah berpenghasilan cukup pun, di masa yang makin hari makin  menantang ini, tetap melahirkan kecemasan dan ketidakpercayaan diri akan masa depan mereka  dan anak-anaknya. Hingga 'memaksa' sang istri untuk tetap bekerja. 

Dalam kondisi yang lebih berat, hingga bisa kita sebut sebagai tiadanya pilihan, seorang ibu yang ditinggalkan suaminya, mau tak mau harus mencari nafkah. 

Kondisi seorang istri tanpa suami seperti sudah kita ketahui, dilatarbelakangi beragam alasan. Mulai suami yang sejatinya masih ada secara fisik dan terikat pernikahan yang sah.

Namun tak mengindahkan kewajibannya sebagai kepala keluarga, atau suami yang sedang sakit keras hingga kehilangan kemampuan fisiknya menjemput nafkah. Sampai suami yang benar-benar sudah meninggalkan anak istrinya, baik karena meninggal dunia maupun karena sebab perceraian.

Ketika suami sudah hilang sama sekali perannya dalam mengayomi perekonomian keluarga, demi keberlangsungan hidup anak-anak, kepada siapa lagi beban ditumpukan. 

Tak lagi bicara tentang masa depan apalagi hidup berkecukupan, sekedar bisa makan sudah menjadi karunia besar bagi mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun