Mohon tunggu...
NIA
NIA Mohon Tunggu... Penulis - Finding place for ...

- Painting by the words

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu dari Sekian

7 Maret 2021   07:07 Diperbarui: 13 Juni 2022   00:27 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : Sofi/https://id.pinterest.com/pin/126382333285225891/

Satu tahun berlalu, masalah menimpa lagi. Kamar kos-nya dimasuki orang asing. Bukan hanya mengambil benda milik Raka, maling itu juga melakukan tindakan tak bermoral terhadapnya, sebuah pelecehan. Untuk kasus itu, Raka tidak mampu mengatakan pada siapapun dan memutuskan pindah tempat tinggal.

Enam bulan kemudian, Raka bertemu penjahat itu lagi dan mengalami tindakan serupa. Bedanya, si penjahat melakukannya bersama rekan-rekannya. Dan sekali lagi, Raka tak bisa mengatakannya pada siapapun. Dia hanya menunjukkan perangai sedih dan tidak bersemangat, hingga satu per satu teman membuat kesimpulannya sendiri tentang penyebab perubahan perilaku Raka.

“Seandainya saya berani menjelaskan hal itu mungkin mereka baru akan mengerti. Tetapi, apakah harus tahu akar masalahnya dulu baru bisa memahami? Sedangkan mereka sudah bisa menasihati tanpa harus bertanya penyebabnya dengan pasti.”

Sikap orang-orang yang seperti itu membuat Raka kehilangan rasa percaya pada lingkungan sekitarnya. Mereka menilai dengan mudah. Menyimpulkan dengan ringan. Memberi nasihat dengan gampang pula. Berdasarkan gender, usia dan status ekonominya.

Si Nenek tanpa henti menepuk-tepuk punggung Raka, mencurahkan segala empatinya. “Kamu sudah berjuang sangat keras, Nak. Apa kamu masih percaya bahwa hasil tidak akan mengkhianati usaha?”

Raka enggan menjawab pertanyaan tersebut.

Si Nenek beranjak dari duduk, meraih karung sampahnya, mengeluarkan sebuah buku dari dalam sana dan kembali duduk di samping Raka. Ia mengendus bau buku itu, lalu tersenyum ke arah pemuda di sampingnya.

“Tidak bau,” ucapnya seraya menyerahkan buku tersebut kepada Raka.

“Nenek tidak tahu bukunya berisi apa, tapi ada kata ‘sehat’ di sana, jadi kurasa akan cocok untukmu. Karena Nenek ingin kamu tetap sehat hingga waktu yang lama.”

Raka membaca singkat isi buku yang ternyata membahas seputar kesehatan mental, lalu memandang nenek kembali. “Terima kasih sudah mendengar cerita saya, Nek. Lain kali, saya main ke sini lagi dan bawa oleh-oleh ya.”

Si Nenek menggeleng. “Nenek dan cucu tinggal berpindah-pindah. Akan sulit bertemu lagi. Meski begitu Nenek berharap, Nak Raka tetap mau mencoba untuk mencari bantuan. Entah harus berapa kali lagi bertemu orang yang tidak tepat, tapi Nenek doakan semoga langkahmu segera menjadi ringan.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun