Mohon tunggu...
NIA
NIA Mohon Tunggu... Penulis - Finding place for ...

- Painting by the words

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tulah, Ikan yang Jatuh Cinta pada Tuan Puteri

25 Februari 2021   13:13 Diperbarui: 25 Februari 2021   13:36 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Wow! Warga desa setuju dengan cara itu, Pa?” Qiana merubah posisinya. Dia meluruskan kedua kaki, menyelipkannya ke dalam selimut sang adik.

Pak Rio mengangguk. “Mereka tidak memiliki pilihan. Jadi, warga desa berbondong-bondong melepaskan ikan Tulah, membiarkan hewan itu kembali tinggal di dalam laut mereka. Laut pun pulih. Airnya kembali seperti sedia kala dan tangkapan ikan mulai mengalami peningkatan. Warga desa berbahagia dan mengadakan pesta sebagai bentuk rasa syukur.”

Pak Rio memperhatikan Qiana dan Ciara bergantian. “Selesai.”

Ciara bertepuk tangan. Wajahnya sumringah karena dongeng yang didengar berakhir bahagia. Namun tidak dengan Qiana. Remaja berusia dua belas tahun itu mengerjapkan mata beberapa kali, memikirkan hal lain yang masih berkaitan dengan dongeng ayahnya.

“Aneh ya, Pa.” Qiana memandang ayahnya bingung, membuat Pak Rio bertanya bagian mana yang terasa aneh dengan bergumam. Ciara tertarik untuk menirunya.

“Ikan Tulah kan sudah dimusnahkan, lalu dari mana warga mendapat ikan Tulah-nya lagi?”

“Ikan Tulah-nya didatangkan para ahli dari desa lain, Qiana.” Jawaban Pak Rio tidak berhasil memuaskan rasa penasaran Qiana.

“Itu kisah nyata, Pa?” Pak Rio hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu.

“Dih, Kakak! Namanya juga dongeng, ya jelas bohongan.” Pak Rio tertawa, sementara Qiana bersungut menatap adiknya.

“Tapi ikan Tulah beneran ada, Ciara. Kamu dan Kak Qiana juga pernah memakannya loh!”

Ciara segera bangkit dari tidurnya. Qiana menegakkan punggungnya. “Ikan apa, Pa?” tanya keduanya kompak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun