Mohon tunggu...
NIA
NIA Mohon Tunggu... Penulis - Finding place for ...

- Painting by the words

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Senja yang Temaram

15 Mei 2020   02:01 Diperbarui: 28 November 2020   08:16 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ya?" sambut pria itu kembali berbalik badan.

"Payungnya ...."

"Tidak perlu dikembalikan. Payung itu milikmu sekarang," ucap pria tersebut dengan yakin, seolah tahu kemana arah ucapan lawan bicaranya. Detik berikutnya, aku berdecak kagum dalam hati saat Senja mengangguk pelan dan tersenyum. "Terima kasih."

Pria itu memiliki insting dan prediksi yang luarbiasa. Mengagumkan!

Dia lalu memeriksa handphone-nya sejenak, kemudian kembali menatap kami. "Saya harus kembali masuk ke dalam, teman saya sudah menunggu. Hati-hati di jalan ya!" Dia tersenyum lagi, melambaikan tangan ke arah kami lalu berjalan memasuki pintu kafe.

"Yuk!" ajakku menyenggol lengan Senja.

"Cowok yang baik ya."

Aku menggumam setuju. Kuamati wajah temanku penuh seksama. Kami telah mengenal delapan tahun lamanya. Cukup bagiku untuk mengerti suasana hatinya hanya dengan satu kata terucap darinya. Hanya perlu menengok sekilas gerak-geriknya, aku tahu perasaannya. Wajah Senja memerah dan kedua matanya membesar berbinar indah memandang pintu kafe.

"Payungnya aku yang bawa ya!" kata Senja setiba di gedung kampus. Tanpa perlu persetujuanku, dia segera memasukkan payung ke dalam tas tangan, tidak peduli benda itu masih basah. 

Dia melangkah masuk gedung, menekan tombol lift dan menanti pintu lift terbuka sambil bersenandung lirih tanpa henti. Matanya sesekali melirikku dengan senyum yang tak pernah padam tanpa bersuara apapun. 

Aku tak kuasa untuk tidak ikut tersenyum menyaksikan tingkahnya. Dia sempurna terhipnotis oleh satu kebaikan yang dilakukan laki-laki pemberi payung dan akan berlanjut hingga sebulan ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun