Mohon tunggu...
NIA
NIA Mohon Tunggu... Penulis - Finding place for ...

- Painting by the words

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanda Cinta

23 Desember 2019   15:10 Diperbarui: 12 Januari 2022   08:36 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Niat baik itu kalau bisa segera dilaksanakan. Mungkin kalimat itu akan sedikit membantumu untuk mengambil keputusan," ujar Gita sambil merangkul bahuku. Dia tidak lagi terfokus pada adegan film. Dia memandangku penuh keteduhan di matanya. Aku hanya bisa mengangguk.

Bulan kembali berlalu, penelitianku telah usai. Aku mengadakan seminar hasil penelitian skripsi dihadiri dosen pembimbing dan teman-teman dengan tampilan baru. Aku memakai hijabku. Hari perdana.

Aku gugup dengan seminarku, tentu. Namun, ada hal yang membuatku lebih gelisah. Aku memikirkan Rizaldy. Kami tidak bertemu selama satu minggu karena dia pulang ke kampung halaman. Selama tak bertemu, kami hanya terlibat obrolan ringan seperti biasa melalui pesan chat dan telepon. Dia sempat bilang kemungkinan tidak bisa hadir di seminarku sebab masih ada acara keluarga. Kubilang tidak masalah. Kukatakan padanya, bahwa masih ada banyak hari untuk kita bertemu. Selebihnya, aku tidak menyinggung urusan hijab. Tidak sekali pun kuungkapkan pemikiran mengenai hal itu. Begitu pun saat keputusan bulat kuambil, dia tidak tahu.

Jadi, aku sedikit lega karena dia berhalangan hadir di seminar. Hati kecilku masih takut kehilangan dirinya, karena di hari ketika dia melihatku mengenakan hijab, saat itu pula aku memberinya sebuah jawaban pada pertanyaan yang telah lama usang.

Tepuk tangan terdengar saat moderator mengakhiri acara seminar. Pintu yang tertutup kini terbuka, satu per satu teman mengucapkan selamat atas tahap yang telah kulewati, begitu pun dua dosen pembimbingku yang turut memberikan ucapan serta menyemangati bahwa aku semakin dekat dengan kelulusan.

Aku tak lelah menebar senyuman pada semua orang. Mengucapkan terima kasih karena telah menyempatkan waktu untuk datang. Hari seminar akan menjadi salah satu bagian terindah dalam hidupku, hingga sang waktu mengantarkanku pada sebuah fakta.

Jantungku berdegup kencang. Napas pun terasa sulit. Tubuhku menjadi tegang. Semua terjadi karena kedua manikku menangkap kehadiran Rizaldy di depan pintu. Dia tersenyum padaku. Senyum yang senantiasa menawan, juga kurindukan. Surai gelapnya dipangkas menjadi lebih pendek dan rapi. Sangat tampan mengenakan kemeja biru laut yang lengannya dilipat setinggi siku.

Kami saling bertatap dalam diam, dengan posisi berjarak. Hingga saat dia melangkah pelan mendekatiku, mataku mulai berkaca-kaca. Rizaldy berdiri tepat di depanku membawa sebuah tas kado kecil dan setangkai bunga mawar. Seharusnya aku segera menyapa seperti hari biasa dengan senyuman riang. Tapi yang kulakukan hanya bungkam dan tak berkedip menatap keseluruhan wajahnya.

"Selamat atas seminarnya. Maaf datang terlambat. Kamu cantik sekali hari ini," katanya seraya menyerahkan bunga dan hadiah kepadaku. Tepatnya, dia meraih tanganku dan membimbingku untuk menerimanya. Aku menundukkan kepala, memperhatikan pemberiannya. Saat itulah, air mataku menetes. Karenanya, aku tidak bisa mengangkat wajahku kembali.

"Lisa," panggilnya lembut. Dia menyentuh bahuku, mengeratkan genggaman seolah memberikan kekuatan. Maka, aku berusaha untuk menghadapi takdirku dengan keputusan yang kubuat, dengan segala rasa takut tentang kehilangan.

"Aku punya jawaban untuk pertanyaanmu," kataku diiringi lelehan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun