Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasionalisasi 1958: Pukulan Pamungkas bagi Gebroeders Veth

17 September 2025   09:00 Diperbarui: 13 September 2025   15:05 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perdagangan Hindia Belanda. (via TentangGuru.com)

Waktu kemudian berbalik arah. Memasuki pertengahan 1920-an, persaingan bisnis kian ketat.

Lalu datang hantaman Great Depression. Ketika tentara Jepang menginvasi, perusahaan ini terpaksa menyerahkan asetnya.

Isyarat yang jelas bahwa kondisinya sudah sangat lemah menjelang kemerdekaan Indonesia.

Sesudah Perang Dunia II, keadaan tidak serta-merta membaik. Kekacauan akibat perang membuat bisnis tersendat.

Menurut dokumen dari Lembaga Kajian Asia Baru dan Kemitraan Selandia Baru. Pada masa pendudukan Jepang pabrik Gebroeders Veth diambil alih.

Setelah kemerdekaan diproklamasikan, pengelola Indonesia mengambil alih. Tapi pada 1947 Belanda kembali menguasai pabrik itu.

Operasinya hanya berjalan terbatas. Bahkan merugi.

Puncaknya datang pada 1958. Ketika pemerintah Indonesia mengambil alih perusahaan-perusahaan milik Belanda. Melalui Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958.

Banyak orang menandai momen ini sebagai akhir cerita Gebroeders Veth. Jika dilihat lebih jernih. Nasionalisasi hanyalah pukulan terakhir.

Khususnya bagi perusahaan yang sudah sekarat. Persaingan, krisis, dan perang lebih dulu melumpuhkannya.

Kisah Gebroeders Veth bukan cuma cerita tentang bisnis yang gagal. Ini potret sebuah era.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun