Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengomentari Krisis Tersembunyi Kompasiana dan Tiga Skenario ke Depan

17 Juni 2025   17:10 Diperbarui: 17 Juni 2025   20:54 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo dan slogan Kompasiana. (KOMPASIANA)

Para Kompasianer yang rajin buka Kompasiana. Minimal sekali sehari. Pasti sempat baca tulisan dari Kompasianer senior Om Jay (yang ini) .  Dan Om Merza (yang ini dan ini). Tulisan-tulisan ini nuansanya sama.

Menangkap fenomena Kompasiana sekarang yang rasanya seperti raksasa tidur. Dengan 5 juta user terdaftar. Tapi kualitas interaksi berupa komentar dan tanggapan dirasa kurang. Banyak tulisan bermutu kurang dapat reach view yang maksimal.

Saya sependapat. Karena apa yang saya rasa dan amati pun demikian.

Jika boleh mengomentari. Fenomena ini tak sepenuhnya ada dalam kendali Kompasiana. Karena jika dibanding 15 tahun lalu. Saat blogger masih keren. 

Lansekap internet di Indonesia sekarang, tahun 2025 telah berubah. Dalam hal demografi, kebiasaan, dan jenis konten.

  • Demografi pengguna internet didominasi oleh sebagian Millenial, Gen Z dan Gen Alpha. Makin muda.
  • Gen Z dan Gen Alpha ini lebih suka konten dalam format video, animasi dan game interaktif. Konten tulisan hanya mereka konsumsi jika beralasan kuat (kerja, hobi, tugas sekolah).
  • 90% menghabiskan waktu onlinenya di media sosial (IG, Whatsapp, Tiktok, Youtube)
  • Pengguna internet sekarang lebih suka mengonsumsi, daripada membuat konten.

Dan ini semua ada dalam lingkup makro. Di luar Kompasiana. Yang tidak bisa dikontrol sepenuhnya.

Saya melihat keresahan yang diutarakan Om Jay dan Om Merza ada dalam lingkup mikro. Kedua senior bukannya menolak perubahan zaman dan lansekap internet di Indonesia. Saya yakin mereka sadar hal ini.

Lebih lanjut ada poin yang saya tangkap dari tulisan beliau-beliau:

  • Sulit Mempertahankan Niche.
    Meski niche blogging tidak lagi mainstream. Tapi blogging tetap ada. Tetap punya pasar. Ada jutaan orang Indonesia yang masih suka membaca dan menulis. Hanya saja, Kompasiana sebagai rumah bagi niche ini justru terasa tidak terawat.
  • Tuntutan Agar Platform Lebih Berjuang.
    Justru karena tantangan dari luar (pergeseran ke video) begitu besar. Kompasiana harusnya merawat pasar setianya. Algoritma yang adil. Fitur imbal ekonomi yang menarik. Dan data yang transparan. Adalah cara membuat 'rumah' tetap hangat dihuni. Meski di luar sedang ada badai tren baru.

Masih dalam lingkup mikro. Dari sisi Kompasiana bukannya tidak berbenah. Saya lihat Manajer, Admin dan Crew sudah berusaha keras. Dan saya mengapresiasi.  Yang saya amati antara lain:

  • Secara teknis, fitur unggulan standar seperti Artikel Populer, Artikel Rekomendasi, Lagi Rame!, Even, Tren Pekan Ini. Fitur ini dipertahankan.
  • Gamifikasi Aktivitas, dengan memberikan level dan poin untuk segala aktivitas. Posting artikel, komentar, rating. Serta memberi statistik user sederhana di laman profil.
  • Revitalisasi konten. Tiap minggu selalu ada beberapa topik yang diberikan untuk ditulis. Dimana tulisan yang dinilai bagus akan dijadikan Artikel Utama.
  • Mendorong dan memberi insentif keaktifan untuk Komunitas Kompasianer di berbagai kota dan berdasar minat yang sama.
  • Program Kolaborasi. Jika mengikuti isntagram Kompasiana. Kita bisa melihat hampir tiap minggu ada acara kolaborasi dengan berbagai pihak.
  • Kompasiana Award. Penghargaan tahunan bagi Kompasianer dalam berbagai kategori.

Tentu masih banyak hal positif lain yang telah dilakukan oleh platform. Yang luput dalam pengamatan saya. Terima kasih dan apresiasi (lagi) untuk semua yang telah dikerjakan tim Kompasiana di balik layar.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun