Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Menilik Akar Sejarah dan Potensi Migas dalam Polemik Empat Pulau Aceh

15 Juni 2025   17:38 Diperbarui: 15 Juni 2025   20:52 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Citra satelit empat pulau sengketa antara Aceh dan Sumatera Utara. (Dok. Google Earth via Kompas.com)

Sengketa wilayah 4 pulau Aceh-Sumatera Utara terlihat sederhana di permukaan. Namun, ada lapisan-lapisan rumit yang memaksa kita melihat lebih dalam.

Awalnya, saya kira sengketa empat pulau ini hanya soal batas wilayah biasa. Ribut-ribut soal garis di peta. Yang akan reda dengan sendirinya. Namun makin saya dalami, saya keliru.

Saya melihat para pejabat dan ahli beradu argumen. Kemudian saya membaca bagaimana warung-warung kopi di Aceh lebih rame ngomongin soal ini ketimbang pertandingan Timnas.

Ternyata ada sesuatu yang lebih dalam. Sebuah luka tak terlihat di layar ponsel. Pertanyaan ini pun muncul di benak saya. Mengapa kemarahan ini begitu personal?

---

Pencarian saya membawa saya pada sebuah arsip digital. Kesepakatan gubernur tahun 1992. Yang disaksikan langsung oleh Mendagri. Sebuah komitmen hitam di atas putih yang jelas bertentangan dengan keputusan hari ini (Kompas.com, 2025).

Teka-teki hukum itu bertemu dengan jawaban emosional. Saat saya baca tulisan para akademisi. Saya menemukan kata kunci sebenarnya. 

Marwah. Harga diri. Saya mulai mengerti. Ini bukan soal empat pulau. Tapi soal pengabaian berulang terhadap kekhususan dan perasaan orang Aceh.

Saya pikir saya sudah menemukan jawabannya. Di sejarah dan martabat yang terluka. Namun, saat saya gali lebih dalam. Tentang apa yang tersembunyi di bawah perairan empat pulau itu. 

Saya menemukan sebuah lapisan lain yang mengubah segalanya. Jangan-jangan, ini semua bukan tentang masa lalu. Tapi tentang siapa yang berhak menguasai masa depan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun