Pendidikan tinggi belum tentu jaminan pekerjaan layak. Apa saja tantangan yang dihadapi lulusan di era kini?
Di tengah pergolakan ekonomi global yang belum stabil, muncul pertanyaan mendasar. Apa pendidikan tinggi masih dapat menjamin pekerjaan yang layak?Â
Banyak lulusan perguruan tinggi menghadapi kenyataan pahit. Gelar akademis mereka tidak selalu membuka pintu pekerjaan yang sesuai dengan harapan.Â
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2025. Tingkat pengangguran di kalangan lulusan pendidikan tinggi mencapai 13,89%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yang hanya 12,2% (NTBSatu, 2025).Â
Fenomena ini mengindikasikan ketidaksesuaian antara harapan terhadap pendidikan tinggi dan realitas pasar kerja.
Ketidaksesuaian Pendidikan dengan Kebutuhan Pasar Kerja
Pendidikan tinggi seharusnya jadi alat mempersiapkan individu. Dunia kerja semakin kompetitif. Namun, banyak lulusan dengan gelar tinggi yang tidak siap. Mereka tidak dapat menghadapi tuntutan dunia industri.Â
Menurut Perbanas (2025), pendidikan tinggi memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar. Namun, banyak lulusan yang tidak dibekali keterampilan praktis.Â
Keterampilan praktis ini relevan dengan pasar. Pasar kerja saat ini lebih mengutamakan keterampilan langsung. Keterampilan yang dapat diterapkan tanpa pelatihan lebih lanjut.
Contoh konkret dapat dilihat dari semakin banyaknya perusahaan yang menuntut keterampilan teknis. Kemampuan digital, pengelolaan proyek, dan komunikasi yang efektif jadi hal yang lebih dicari.Â
Keterampilan-keterampilan ini tidak selalu diajarkan di bangku kuliah. Lulusan yang lebih terfokus pada teori. Tanpa pengalaman praktis, sering kesulitan mendapatkan pekerjaan yang sesuai.Â