Singapura berhasil menjadi Blue Zone, pelajaran berharga untuk Indonesia dalam meningkatkan kualitas hidup warganya.
Singapura baru-baru ini diakui sebagai Blue Zone. Ini adalah wilayah di mana penduduknya hidup lebih lama. Mereka bahkan mencapai 100 tahun atau lebih.Â
Ini bukan hanya soal umur panjang. Ini juga berkaitan dengan kualitas hidup yang lebih sehat. Keberhasilan Singapura ini patut dicontoh oleh Indonesia.Â
Jadi, apa yang membuat Singapura berhasil menjadi Blue Zone? Apa yang bisa dipelajari Indonesia dari sini?
Singapura dan Keberhasilan Menjadi Blue Zone 2.0
Singapura berhasil meraih status Blue Zone berkat kebijakan kesehatan publik. Kebijakan ini sangat terstruktur dan berbasis pada konsep Blue Zones yang dikembangkan oleh Dan Buettner.Â
Singapura mengintegrasikan berbagai elemen yang mendukung kehidupan sehat. Ini meliputi kebijakan pangan sehat, pembangunan infrastruktur untuk aktivitas fisik, dan sistem kesehatan yang efektif dan inklusif (Detik Health, 2024).Â
Salah satu langkah konkret adalah pelabelan nutrisi pada makanan. Selain itu, ada subsidi pangan sehat. Langkah ini membantu masyarakat memilih makanan bergizi. Hal ini mengurangi prevalensi penyakit terkait gaya hidup, seperti obesitas dan diabetes.
Singapura memfokuskan pembangunan infrastruktur untuk aktivitas fisik. Ini termasuk jalur sepeda, taman, dan pusat olahraga yang mudah diakses (CNBC Indonesia, 2024).Â
Pemerintah juga memastikan akses universal ke layanan kesehatan berkualitas. Masyarakat dapat mendapatkan pengobatan tanpa memikirkan biaya yang berat. Kombinasi ini membuat Singapura berhasil mencapai usia harapan hidup yang tinggi.
Teori Blue Zones dan Penerapannya di Singapura
Prinsip utama dalam teori Blue Zones mengaitkan gaya hidup sehat dengan faktor-faktor lainnya. Ini juga melibatkan lingkungan yang mendukung dan kebijakan pemerintah.Â