Pasar Seni Ancol terancam hilang, namun revitalisasi dapat menyelamatkannya sebagai ruang seni publik yang vital.
Pasar Seni Ancol (PSA) sudah berusia setengah abad. PSA memiliki sejarah panjang yang sangat berharga. Ia penting bagi seni rupa di Jakarta.Â
Namun, siapa sangka bahwa ruang seni ini kini terpuruk? PSA, yang dulu hidup, kini mengalami kemunduran signifikan. Dulu, PSA adalah tempat bertemunya seniman dan masyarakat.Â
Sekarang, PSA terlihat sepi dan terabaikan. Tanpa revitalisasi, kita akan kehilangan ruang seni publik penting. Ruang seni ini telah memberi warna bagi perkembangan seni di Indonesia.Â
Mengapa kita harus menyelamatkan Pasar Seni Ancol?
Pentingnya PSA sebagai Ruang Seni Publik
Pasar Seni Ancol bukan sekadar pasar tradisional. PSA, sejak 1975, telah menjadi tempat penting bagi seniman. Di sini, seniman dapat menampilkan karya seni mereka.Â
Selama lebih dari tiga dekade, PSA menjadi tempat berkembangnya seni rupa Indonesia. Banyak seniman terkenal memulai karier di PSA.Â
Mereka tetap diingat sebagai tokoh penting dalam sejarah seni rupa Indonesia. Contohnya, Cubung Wahono Putro dan Sukamto Dwi Susanto. Keduanya adalah pemenang penghargaan seni bergengsi di Indonesia.
PSA lebih dari sekadar pameran seni. PSA adalah ruang untuk komunitas seni bertemu dan berdiskusi. Di sini, mereka berinteraksi dengan masyarakat.Â
PSA adalah ruang publik yang terbuka untuk semua lapisan masyarakat. Orang-orang dapat merasakan dan belajar tentang seni rupa. Hal ini berkontribusi pada pembentukan karakter budaya Jakarta.Â