Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Menyelamatkan Pasar Seni Ancol Sebagai Ruang Kreatif Publik

12 Mei 2025   13:00 Diperbarui: 11 Mei 2025   20:18 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pasar Seni yang sepi dan terabaikan. (Dibuat oleh ChatGPT)

Pasar Seni Ancol terancam hilang, namun revitalisasi dapat menyelamatkannya sebagai ruang seni publik yang vital.

Pasar Seni Ancol (PSA) sudah berusia setengah abad. PSA memiliki sejarah panjang yang sangat berharga. Ia penting bagi seni rupa di Jakarta. 

Namun, siapa sangka bahwa ruang seni ini kini terpuruk? PSA, yang dulu hidup, kini mengalami kemunduran signifikan. Dulu, PSA adalah tempat bertemunya seniman dan masyarakat. 

Sekarang, PSA terlihat sepi dan terabaikan. Tanpa revitalisasi, kita akan kehilangan ruang seni publik penting. Ruang seni ini telah memberi warna bagi perkembangan seni di Indonesia. 

Mengapa kita harus menyelamatkan Pasar Seni Ancol?

Pentingnya PSA sebagai Ruang Seni Publik

Pasar Seni Ancol bukan sekadar pasar tradisional. PSA, sejak 1975, telah menjadi tempat penting bagi seniman. Di sini, seniman dapat menampilkan karya seni mereka. 

Selama lebih dari tiga dekade, PSA menjadi tempat berkembangnya seni rupa Indonesia. Banyak seniman terkenal memulai karier di PSA. 

Mereka tetap diingat sebagai tokoh penting dalam sejarah seni rupa Indonesia. Contohnya, Cubung Wahono Putro dan Sukamto Dwi Susanto. Keduanya adalah pemenang penghargaan seni bergengsi di Indonesia.

PSA lebih dari sekadar pameran seni. PSA adalah ruang untuk komunitas seni bertemu dan berdiskusi. Di sini, mereka berinteraksi dengan masyarakat. 

PSA adalah ruang publik yang terbuka untuk semua lapisan masyarakat. Orang-orang dapat merasakan dan belajar tentang seni rupa. Hal ini berkontribusi pada pembentukan karakter budaya Jakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun