Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Reformasi Pajak adalah Kunci Menyelamatkan Indonesia dari Lingkaran Utang

11 Mei 2025   05:00 Diperbarui: 10 Mei 2025   19:26 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengelolaan pajak dan utang negara yang kritis. (Dibuat oleh ChatGPT)

Indonesia menghadapi risiko utang yang meningkat akibat penurunan penerimaan pajak dan defisit anggaran.

Bayangkan jika kita menjalankan rumah tangga. Pendapatan kita terus menurun setiap bulan. Tentu kita harus membuat keputusan-keputusan sulit, bukan? 

Begitulah kira-kira yang sedang dihadapi oleh Indonesia pada tahun 2025. Penerimaan pajak negara mengalami penurunan tajam. Hal ini memperburuk defisit anggaran. Pemerintah pun terpaksa bergantung pada utang.

Hingga akhir Februari 2025, penerimaan pajak Indonesia tercatat turun sebesar 30,1 persen dibandingkan tahun lalu. Penerimaan hanya mencapai Rp 187,8 triliun (MUC, 2025). 

Penurunan ini dipengaruhi oleh dua hal utama. Pertama, harga komoditas yang menjadi andalan ekspor negara menurun. Kedua, perlambatan ekonomi berdampak pada daya beli masyarakat. 

Selain itu, kendala teknis dalam implementasi sistem administrasi pajak baru, Coretax, turut memperburuk keadaan (Tempo, 2025). 

Akibatnya, rasio pajak terhadap PDB stagnan di angka 7 persen. Rasio ini jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara berkembang lainnya (Kompas, 2025).

Defisit Anggaran yang Semakin Melebar dan Peningkatan Utang

Jika pendapatan negara menurun, defisit anggaran akan semakin besar. Hal ini menjadi masalah serius. Indonesia merencanakan defisit APBN 2025 sebesar Rp 616,2 triliun. Itu setara dengan 2,53 persen dari PDB (Kompas, 2025). 

Dalam situasi ini, pemerintah tidak memiliki banyak pilihan. Mereka harus memperbesar utang untuk menutupi kekurangan tersebut.

Namun, mengandalkan utang untuk menutupi defisit bukan solusi jangka panjang. Setiap utang yang ditambah akan membebani anggaran negara. Kewajiban membayar bunga dan cicilan utang terus meningkat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun