Big Data menjanjikan keputusan anggaran yang lebih akurat, namun menghadapi tantangan dalam implementasi birokrasi.
Frustrasi dengan anggaran daerah yang tidak optimal dan tidak tepat sasaran adalah hal yang wajar. Banyak yang bertanya, "Kenapa tidak menggunakan data untuk membuat keputusan yang lebih cerdas?"Â
Di sinilah Big Data dalam kebijakan publik menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Banyak orang percaya bahwa Big Data dapat mengubah perencanaan anggaran daerah, dan dapat membuat keputusan lebih akurat dan transparan.Â
Namun, apa implementasinya sesederhana yang dibayangkan? Bagaimana potensi dan tantangan yang dihadapi dalam menggunakan Big Data dalam kebijakan publik?
Janji Manis Big Data
Teori Ideal
Bayangkan jika semua keputusan dalam perencanaan anggaran daerah berdasarkan data real-time. Keputusan tidak hanya bergantung pada intuisi, tapi pada data yang jelas.Â
Seperti yang dijelaskan dalam artikel di UMA (2024), Big Data membantu pemerintah daerah menganalisis data populasi, ekonomi, dan tren sosial. Dengan ini, anggaran dapat direncanakan lebih efisien.
Data seperti jumlah penduduk dan kondisi sosial-ekonomi bisa menunjukkan daerah mana yang perlu perhatian lebih.Â
Misalnya, wilayah yang membutuhkan infrastruktur, kesehatan, atau program sosial lainnya. Dengan data yang akurat, anggaran dapat dialokasikan dengan tepat, tanpa pemborosan.Â
Keputusan anggaran menjadi lebih objektif dan berdasarkan bukti nyata, bukan perkiraan.
Contoh Positif
Contoh sukses penggunaan Big Data dalam perencanaan anggaran datang dari Kabupaten Merauke.Â
Berdasarkan Nusantara Hasana Journal (2025), penganggaran berbasis Big Data di Merauke meningkatkan akurasi alokasi dana sektor pendidikan hingga 15%.Â
Data tentang partisipasi sekolah dan distribusi siswa membantu mengidentifikasi daerah yang butuh perhatian lebih.
Hasilnya, anggaran untuk pendidikan menjadi lebih tepat sasaran dan meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Big Data memungkinkan kebijakan yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Realita Pahit Birokrasi
SDM Belum Siap
Kenyataannya, Big Data tidak selalu mudah diterapkan, terutama dalam birokrasi daerah.Â
Di Yogyakarta meski memiliki potensi besar, mereka menghadapi kendala serius. Kendala utama adalah kurangnya pemahaman SDM dalam mengelola data kompleks.Â
Menurut Diskominfosan Kota Yogyakarta, birokrat kesulitan memahami dan memanfaatkan data untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.Â
Padahal, data yang ada sangat berguna untuk kebijakan yang tepat. Tanpa pemahaman yang cukup, data hanya jadi angka yang tidak berarti. Ini tentu berpotensi menghambat pemanfaatan Big Data.Â
Masalahnya bukan hanya soal memiliki data, tetapi bagaimana memanfaatkannya dengan baik.
Infrastruktur Terbatas
Masalah lainnya adalah keterbatasan infrastruktur, terutama di daerah terpencil.Â
Di Desa Manunggal Jaya, misalnya, implementasi Big Data terhambat akses internet yang terbatas dan rendahnya literasi digital. Akibatnya, data yang dikumpulkan tidak bisa dimanfaatkan maksimal.Â
Bahkan, jika ada data, kualitasnya bisa diragukan karena keterbatasan teknologi dan pengetahuan.Â
Seperti yang disebutkan pada laman Manunggal Jaya-Tenggarongseberang.desa.id (2024), Big Data sudah digunakan di pusat dan daerah besar.Â
Namun, di desa-desa dengan akses internet terbatas, data menjadi kurang berguna. Ini jadi tantangan besar untuk adopsi teknologi di seluruh Indonesia.
Menjembatani Teori dan Realita
Investasi SDM dan Infrastruktur
Untuk menjembatani teori dan kenyataan, kita perlu investasi lebih besar dalam SDM dan infrastruktur. Pelatihan birokrat sangat penting agar mereka bisa mengelola Big Data dengan lebih baik.Â
Diskominfosan Kota Yogyakarta (2024) menjelaskan bahwa peningkatan kapasitas SDM di daerah sangat dibutuhkan agar mereka bisa mengolah data secara efektif.
Selain itu, infrastruktur TI juga perlu perhatian, terutama di daerah terpencil. Pemerintah harus memastikan akses internet dan perangkat keras tersedia di seluruh daerah.Â
Tanpa infrastruktur yang memadai, data yang terkumpul tidak bisa dimanfaatkan dengan maksimal.
Standarisasi Data untuk Integrasi
Langkah selanjutnya adalah standarisasi data antar daerah. Saat ini, data yang dikumpulkan daerah belum terintegrasi dengan baik.Â
Ketidakcocokan data ini bisa menghambat pembuatan kebijakan berbasis data. Perlu ada sistem yang memungkinkan penggabungan dan analisis data dari berbagai daerah.Â
Dengan cara ini, kebijakan yang diambil bisa lebih komprehensif dan melibatkan berbagai perspektif.
Penutup
Big Data memiliki banyak potensi, tapi kita harus realistis dalam menghadapinya. Implementasinya tidak semudah yang dibayangkan.Â
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait sangat penting agar teknologi ini bisa dimanfaatkan maksimal. Selain itu, investasi dalam SDM dan infrastruktur sangat diperlukan.Â
Standarisasi data antar daerah juga penting agar data yang terkumpul bisa digunakan dengan efektif.
Meski ada tantangan, Big Data tetap menawarkan harapan besar.Â
Dengan mengatasi hambatan ini, kebijakan publik bisa lebih efisien dan transparan. Masa depan kebijakan publik di Indonesia bisa lebih berbasis data yang akurat dan memberi manfaat lebih besar bagi masyarakat.
***