Menopause sebagai fase baru kehidupan perempuan, membawa kebebasan, transformasi identitas, dan perubahan peran sosial.
Kata "menopause" sering membuat orang membayangkan perempuan yang menua atau kehilangan daya tarik. Banyak yang masih melihat menopause sebagai titik nadir.Â
Fase di mana perempuan dianggap menurun. Sebenarnya menopause bukan sekadar berhentinya menstruasi atau kehilangan kesuburan.Â
Menopause justru membuka kesempatan untuk melihat perempuan dan kehidupannya dengan cara yang berbeda. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengubah perspektif tentang apa arti menjadi diri sendiri.
Stigma vs. Realita
Apa yang terbersit di benakmu saat mendengar kata "menopause"? Penuaan? Kehilangan kesuburan? Perubahan fisik? Banyak orang masih menganggap menopause sebagai akhir dari segalanya.Â
Pandangan ini dipengaruhi norma sosial yang menilai perempuan berdasarkan kemampuan reproduksinya. Di banyak budaya, termasuk Indonesia, perempuan sering diukur berdasarkan kesuburan.Â
Ketika menstruasi berhenti, banyak yang merasa kehilangan "nilai". Ada yang berpikir perempuan menopause sudah "tidak berguna lagi".
Namun, pandangan ini sempit dan tidak adil. Menopause, menurut Badan Pusat Statistik (2025), adalah fase alami bagi perempuan usia 45 hingga 55 tahun.Â
Di sini tubuh berhenti menstruasi secara permanen. Tapi bukan berarti hidup perempuan berhenti. Banyak perempuan merasa bebas setelah menopause.Â
Mereka tak perlu khawatir soal PMS, kontrasepsi, atau siklus menstruasi yang mengganggu. Mereka merasa lebih bebas dan percaya diri.