Generasi kini menghadapi tekanan besar, namun merawat dunia kecil dalam diri bisa jadi solusi ketahanan mental.
Dunia bergerak terlalu cepat dan sulit diikuti. Semua datang begitu cepat, seolah tidak ada waktu untuk berhenti sejenak dan mencerna apa yang terjadi. Banyak hal berubah dalam hitungan hari.Â
Pekerjaan, teknologi, pemerintah, keluarga, bahkan cara kita berhubungan dengan orang lain. Dunia terasa penuh kecemasan. Kadang kita merasa harus mengejar sesuatu yang tidak bisa diraih.Â
Itulah yang dirasakan banyak orang, terutama generasi kita, yang hidup di tengah banjir informasi tanpa henti.
Beban Generasi Kini yang Penuh Krisis dan Informasi Tanpa Henti
Krisis iklim, ketidakpastian ekonomi, dan ketegangan sosial memberikan beban mental yang besar. Kita harus berjuang menghadapi kehidupan kita, sementara masalah besar dunia terus datang. Ini mempengaruhi kondisi mental kita.Â
Data I-NAMHS (2025) menunjukkan 34,9% remaja Indonesia mengalami gangguan mental. Dengan kecemasan sebagai masalah utama.Â
Kalau kamu saat ini selalu merasa cemas, itu bukan perasaan yang perlu disembunyikan. Karena banyak orang merasakannya.
Masalah ini makin diperburuk dengan media sosial. Media sosial seharusnya tempat bersosialisasi. Namun kini jadi sumber tekanan besar.Â
Laporan menunjukkan 64,7% remaja merasa hubungan keluarga mereka terganggu akibat media sosial. Dan 41,1% kesulitan berinteraksi dengan teman sebaya.Â
Media sosial yang harusnya mempererat hubungan, malah memperburuk kesehatan mental. Tiap hari kita melihat gambar-gambar sempurna dari hidup orang lain yang kelihatan lebih bahagia dan sukses.