Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Ekonomi Gig 2025 dan Transformasi Konsep Resource-Based View

27 April 2025   10:00 Diperbarui: 27 April 2025   11:00 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ojek online sebagai bentuk ehonomi gig. (SHUTTERSTOCK/GeorginaCaptures via Kompas.com)

Mencermati pergeseran ekonomi gig, peran Resource-Based View, dan tantangan fleksibilitas di dunia kerja 2025.

Dunia kerja berubah pesat, terutama karena kemajuan teknologi dan platform digital. Salah satu perubahan besar adalah ekonomi gig. Di mana orang bisa bekerja secara fleksibel tanpa ikatan jangka panjang dengan perusahaan. 

Model kerja ini akan makin dominan di 2025. Dengan banyak orang beralih ke pekerjaan lepas. Seperti pengemudi ojek online, desainer grafis, atau freelancer di platform seperti Upwork dan Sribulancer.

Namun muncul pertanyaan. Apa teori Resource-Based View (RBV), yang dulu penting dalam mengelola sumber daya manusia, masih relevan? Sebab, ekonomi gig berfokus pada fleksibilitas. 

Ada paradoks yang harus dipahami. Stabilitas dalam sumber daya manusia versus kebutuhan akan fleksibilitas dalam ekonomi gig.

Benturan Teori RBV dengan Realitas Gig Economy

Teori Resource-Based View (RBV) menganggap bahwa sumber daya manusia yang terlatih, stabil, dan loyal adalah aset penting. Karyawan dengan keterampilan khusus yang bertahan lama dianggap sebagai keunggulan kompetitif yang sulit ditiru pesaing. 

Itulah alasan perusahaan besar seperti Microsoft, Apple, dan Google berinvestasi untuk mempertahankan karyawan mereka.

Namun dalam ekonomi gig, kondisinya beda. Platform seperti Gojek, Tokopedia, dan Sribulancer mengandalkan pekerja lepas yang bekerja berdasar permintaan. Tanpa kontrak jangka panjang. 

Gojek misalnya, tidak mempekerjakan pengemudi tetap. Mereka hanya memanggil pengemudi sesuai kebutuhan. Pengemudi bebas memilih jam kerja, tanpa jaminan pekerjaan tetap.

Ini jelas bertentangan dengan prinsip RBV, yang ingin sumber daya manusia yang stabil dan terlatih. Pertanyaannya, apa perusahaan masih bisa mengandalkan RBV jika pekerja mereka tak lagi memiliki hubungan jangka panjang? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun