Tupperware Indonesia tutup setelah 33 tahun, mencerminkan perubahan perilaku konsumen dan interaksi sosial masa kini.
Banyak dari kita pasti punya kenangan dengan Tupperware. Entah itu sebagai barang koleksi atau peralatan yang kita pakai setiap hari.Â
Dulu, ada acara "Tupperware Party" yang sangat populer di Indonesia. Itu bukan cuma acara belanja, tapi juga waktu untuk berkumpul dan berbincang.
Namun, sekarang Tupperware Indonesia resmi tutup setelah 33 tahun beroperasi. Keputusan ini bukan cuma soal perusahaan yang tutup. Ini menggambarkan perubahan besar dalam cara kita berbelanja, berinteraksi, dan melihat dunia.
Tupperware lebih dari sekedar produk plastik. Ia sudah menjadi bagian dari momen kebersamaan di rumah, terutama saat ada acara Tupperware Party.Â
Bayangkan, teman atau kerabat datang ke rumah, membawa berbagai produk Tupperware, dan kita berkumpul sambil memilih barang-barang yang kita suka. Ini lebih dari sekedar jual beli, tapi juga waktu untuk bertemu dan berbincang.Â
Tapi, dengan tutupnya Tupperware Indonesia pada 31 Januari 2025, semua itu jadi kenangan (Sindonews, 2025).
Lalu, apakah ini cuma soal tutupnya perusahaan?
Mengapa Konsumen Berpaling?
Tutupnya Tupperware bukan hanya soal kualitas produk yang menurun. Lebih dari itu, ini soal bagaimana bisnis gagal mengikuti perubahan besar dalam kebiasaan konsumen. Perubahan ini dipicu oleh teknologi dan kesadaran lingkungan.
Salah satu alasan terbesar mengapa belanja kita berubah adalah karena kemajuan teknologi. Sekarang, hampir semua orang bisa belanja kapan saja dan di mana saja.Â