Janji seribu burung hantu di Majalengka membuka diskusi baru tentang panen, hama, dan harapan.
Kalau kamu pernah jalan ke Majalengka saat musim panen, kamu mungkin akan terpesona melihat hamparan sawah hijau yang bergoyang pelan tertiup angin.Â
Tapi di balik keindahan itu, ada kisah muram yang terus berulang. Petani kehilangan panennya karena hama tikus. Bukan satu dua hektar, tapi puluhan. Bahkan ada yang gagal panen total.
Baru ini Presiden Prabowo Subianto, saat menghadiri panen raya di Majalengka, berjanji akan mengirimkan seribu ekor burung hantu untuk membantu petani mengendalikan hama tikus.Â
Seribu, bukan angka yang kecil. Ini bukan cerita Harry Potter. Tapi sebuah kebijakan negara. Apakah burung hantu benar-benar solusi terbaik?
Janji Seribu Burung Hantu di Tengah Jeritan Panen
Waktu Prabowo menyampaikan rencana itu pada 7 April 2025, reaksinya cukup beragam.Â
Di satu sisi, petani merasa didengarkan. Akhirnya, ada solusi nyata. Bukan cuma seminar atau brosur penyuluhan. Tapi di sisi lain, ada juga yang mengernyitkan dahi.Â
Kenapa burung hantu? Apa nggak ada cara lain yang lebih masuk akal?
Burung hantu memang dikenal sebagai predator alami tikus. Khususnya jenis Tyto alba, yang menurut Yudhistira Nugraha dari Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN, bisa memangsa hingga lima ekor tikus per malam.Â
Dalam kondisi populasi normal, burung ini bisa membantu menekan jumlah tikus di sawah (Tirto, 2025).