Pembangunan Tol Langit bertemu dengan kenyataan kawasan kumuh, menciptakan paradoks dalam prioritas pembangunan Indonesia.
Pernah kepikiran nggak sih, gimana rasanya hidup di kota besar dengan internet cepat, tapi ada daerah kumuh yang belum berkembang? Itu yang terjadi di Indonesia di tahun 2025.Â
Di satu sisi, ada proyek Tol Langit yang bikin internet cepat sampai ke pelosok, tapi di sisi lain, masih banyak kawasan yang hidupnya jauh dari kata layak.Â
Apa yang sebenarnya terjadi dengan dua hal penting ini dalam RPJMN 2025-2029?
Akselerasi "Tol Langit", Sudahkah Merata?
Kalau kita ngomongin Tol Langit, pasti terbayang proyek besar yang akan bikin internet cepat merata.Â
Tujuannya, biar 93.900 titik terpencil di Indonesia bisa terhubung, pakai satelit SATRIA-1 dan Palapa Ring. Ini pencapaian besar. Internet memang jadi kebutuhan dasar sekarang.
Tapi, ada pertanyaan besar. Apa semua daerah siap menikmati internet cepat ini? Banyak daerah yang terisolasi, seperti Raja Ampat, Papua, meski sudah ada sinyal 4G.Â
Tapi kenyataannya, banyak yang masih kekurangan air bersih, sanitasi, dan jalan yang layak.
Kemenko Infra di 2024 bilang kalau kesenjangan digital bisa makin parah kalau infrastruktur dasar nggak dibenahi juga.Â
Meski Tol Langit hadirkan internet. Mereka bisa manfaatin nggak kalau kebutuhan lain belum terpenuhi?