Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Facebook Pro dan Krisis Konten Berkualitas

23 Februari 2025   18:50 Diperbarui: 23 Februari 2025   18:52 9975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konten kreator. (Freepik via Kompas.com)

Fenomena konten tak berfaedah di Facebook Pro menggambarkan dilema antara monetisasi dan pentingnya kualitas konten.

Saat kita buka Facebook hari ini, kita mungkin akan ketemu banyak video yang agak aneh atau tidak relevan, seperti video keseharian seseorang yang sekadar menunjukkan kegiatannya hari itu, atau bahkan dokumentasi momen pribadi yang seharusnya tetap menjadi disimpan sendiri sebagai dokumentasi pribadi. 

Kenapa hal ini terjadi? Salah satu jawabannya adalah kemunculan fitur Facebook Pro yang menawarkan peluang monetisasi, yang justru mendorong banyak kreator untuk lebih fokus pada cari uang, bukannya membuat konten yang berkualitas.

Dampak Fokus pada Penghasilan

Facebook Pro, yang diperkenalkan secara global pada tahun 2021-2022 dan baru mulai beroperasi di Indonesia pada 2024, memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk menghasilkan uang melalui konten mereka. 

Melalui berbagai fitur seperti iklan, video pendek (shorts), dan gift, pengguna dapat memperoleh penghasilan yang tidak sedikit. 

Tapi kenyataannya, lebih banyak kreator yang lebih mengutamakan kuantitas konten demi mendapatkan uang, tanpa memikirkan relevansi atau manfaat dari konten tersebut.

Di dunia yang semakin mementingkan uang, Facebook Pro memberikan ruang yang luas bagi kreator untuk membuat konten dan meraup penghasilan. 

Tetapi ini juga yang memantik masalahnya. Kreator sering terjebak dalam upaya mengejar views, likes, dan komentar sebanyak mungkin, sehingga mereka lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas. 

Seiring berjalannya waktu, hal ini mendorong pada munculnya konten yang lebih banyak terfokus pada cara untuk viral, daripada memberi nilai lebih bagi penonton.

Contoh yang mudah ditemukan adalah konten yang hanya berupa teks acak yang memenuhi layar atau video dengan sedikit atau bahkan tanpa faedah yang jelas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun