Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nasib Afganistan dan Diplomasi Damai Indonesia

22 Agustus 2021   01:05 Diperbarui: 23 Agustus 2021   10:13 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jusuf Kalla bertemu dengan kelompok Taliban di Jakarta. (Sumber foto, kompas.com)

Bagi yang mengikuti proses keterlibatan indoensia dalam menciptakan perdamaian di Afganistan tentu tak akan terkejut dengan kehadiran utusan Taliban ke Jakarta 27 Juli 2019. (Kompas, 21/8/21). 

Tak salah pula kita menganggap itu semua karena kehebatan kelompok Taliban yang mulai diterima oleh dunia internasional. 

Sebaliknya yang terjadi adalah keberhasilan Indonesia dalam meyakinkan Taliban untuk memulai menapaki jalan damai. Sebuah jalan keluar menuju damai yang menjadi kebijakan utama politik luar negeri Indonesia dalam menyelesaikan konflik di dunia internasional.

Selama ini, kelompok Taliban menolak meja perundingan dengan pemerintah Afganistan dan AS selama bercokol di Afganistan. Lantaran pemerintah Afganistan di bawah Presiden Ashraf Ghani dianggap sebagai boneka AS. 

Keterlibatan Indonesia dalam mendorong perdamaian Afganistan bermula dari kunjungan Presiden Ashraf Ghani ke Jakarta 5 April 2017. Saat itu, Ashraf Ghani kagum dengan Indonesia yang mampu menjalankan demokrasi saling beriringan dengan Islam. Indonesia dianggap sukses dalam menjaga keamanan dan keharmonisan dalam keberagaman agama dan suku.

Kunjungan berikutnya disusul oleh Ketua Majlis Tinggi Perdamaian Afganistan, Karim Khalili di 21 November 2017. Dalam kunjungan itu, ia menyampaikan kemauan warga Afganistan agar Indonesia terlibat aktif dalam perdamaian di Afganistan. Sikap ini ditunjukkan karena Indonesia adalah mayoritas penduduk Muslim yang mempromosikan Islam moderat. Selain itu juga Indonesia dipandang punya sikap netral tak punya kepentingan ke Afganistan kecuali keinginan melihat Afganistan damai.

Kunjungan balasan berikutnya dilakukan oleh Presiden Joko Widodo 29 Januari 2018. Kedatangan Jokowi ini merupakan lawatan bersejarah karena dinilai kunjungan pertama setelah Presiden Soekarno. Walau terhitung singkat, sekitar 6 jam. Kedatangan Jokowi ini memberikan pesan penting Indonesia dalam membantu penyelesaian konflik berkepanjangan di Afganistan.

Dalam menjalankan fungsi mediator perdamaian tak lama setelah lawatan Jokowi, Jusuf Kalla (JK) melakukan kunjungan lanjutan dalam rangka menghadiri pertemuan ulama di Afganistan. Tawaran Indonesia dalam upaya rekonsiliasi yang melibatkan pihak berseteru. Upaya ini dilakukan dalam ihktiar kerja sama dengan para pihak ulama-ulama dan pihak-pihak yang berkonflik. Kesadaran melakukan rekonsiliasi karena adanya kerinduan mendalam dalam perdamaian di Afganistan baik yang diwakili pemerintah Indonesia dan kelompok Taliban menjadi alasan kuat utusan Taliban ke Indonesia.

Tentu reputasi JK sebagai tokoh perdamaian Indonesia. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa kunjungan delegasi Taliban ke Jakarta bukan sesuatu hal yang tiba-tiba, tapi melalui proses panjang. Tentu apresiasi patut diberikan kepada pemerintah Indonesia yang berkomitmen menjadi mediator perdamaian di Afganistan hingga dapat mendudukkan kelompok yang bertikai untuk sama-sama mendialogkan masa depan Afganistan yang damai.

Di saat negara-negara Timur Tengah sedang larut dengan kepentingan masing-masing, Indonesia menujukkan kepeduliannya membantu Afganistan. Di sinilah kelompok Taliban tergerak menyambut uluran tangan Indonesia. Selain itu, pertemuan ulama Afganistan yang didalamnya ada ulama Taliban dengan Indonesia tentu menjadi momentum penting dalam dimana agama menunjukan signifikansinya sebagai bagian dari resolusi konflik dan hadirnya utusan Taliban ke Indonesia merupakan upaya keras pemerintah Indonesia dalam berdiplomasi. Sikap ini selayaknya mendapatkan apresiasi dan dukungan publik Indonesia.

Inisiatif perdamaian yang digagas melalui keterlibatan Indonesia dengan mengedepankan proses rekonsilisiasi politik sebagaimana yang telah diterapkan di Indonesia dalam menyelesaikan persoalan di Aceh, tentu dapat dijadikan sebagai model dalam ikut membantu penyelesaian berkepanjangan di Afganistan.

Ahyar Ros 

(Pengurus PD NWDI Kota Mataram

Magister Diplomacy Universitas Paramadina, Jakarta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun