Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Nasib Afganistan dan Diplomasi Damai Indonesia

22 Agustus 2021   01:05 Diperbarui: 23 Agustus 2021   10:13 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jusuf Kalla bertemu dengan kelompok Taliban di Jakarta. (Sumber foto, kompas.com)

Sejarah berulang di Afganistan. Ibu kota Kabul untuk kedua kalinya, jatuh ke tangan kelompok Taliban, Jumat (13/8/21). 

Kelompok Taliban telah menguasai ibu kota Kabul dan kota-kota lainnya, menyusul terjadinya penarikan mundur pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya dari negeri tersebut setelah 20 tahun berada di sana. 

Dikabarkan Presiden Afganistan Ashraf Ghani meninggalkan negaranya pasca Taliban mengambil alih kota Kabul. Sedangkan wakil Presiden Amrullah Saleh lewat akun twitternya menyatakan dirinya masih berada di Afganistan.  

Sebagai pengganti sementera, Saleh bertekad tak tunduk pada Taliban. Ia pun menyampaikan sikapnya mendukung atas aksi unjuk rasa yang dilakukan warga Afganistan di Asadabad di (Kamis, 19/8), yang menentang tindakan Taliban.

Setelah Taliban menguasai kota Kabul dan wilayah lainnya, demi memupuskan kekhawatiran itu, lewat juru bicaranya Taliban, Zabihullah Mujahid mengklaim akan menampilkan wajah yang berbeda dengan saat berkuasa di Afganistan dua dekade lampau (1996-2001). 

Taliban akan menjanjikan perdamaian di Afganistan termasuk memastikan hak-hak perempuan tetap terjaga, kebebasan pers, dan tak akan membalas dendam terhadap lawan-lawan politiknya. (Kompas/19/8/21). 

Dulu, ketika berkuasa Taliban melarang music, radio, televisi, game, dan bentuk hiburan lainnya. Mereka melarang perempuan bekerja di luar rumah, melarang anak-anak perempuan bersekolah, melarang kaum wanita ke luar rumah, terkecuali ditemani, suami, ayah saudara laki-laki atau anak-laki. Disebut Trias Kuncoro di harian Kompas, 19/8/21.

Mereka segera akan merumuskan kebijakan pemerintahan inklusif. Keluwesan Taliban ini termasuk memperbaharui taktik dan strategi serta memperluas komponen organisasi menjadi faktor keberhasilan mereka merebut Kabul. 

Termasuk mengunakan teknologi komunikasi dan inormasi modern. Langkah ini, menunjukkan upaya Taliban untuk mendapat pengakuan kalangan internasional, tapi dengan belum menentunya stabiltas keamanan dan politik saat ini, menjadi pekerjaan berat bagaimana nasib warga Afganistan kini dan masa depan.

Jangan sampai perebutan kekuasaan di Kabul menyebabkan nasib warga Afganistan kian menderita dan menjadi korban politik yang tak berkesudahan, yang bisa berakhir dengan kekerasan bersenjata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun