Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendorong Budaya Membaca, Yuk Baca

27 Oktober 2020   12:12 Diperbarui: 27 Oktober 2020   12:17 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, Azizy main di Little Libary rumah. (Foto Ahyarros)

Sudahkah Anda membaca hari ini? Buku apa yang Anda baca hari ini? Waktu di sekolah dasar kita kerap mendengar kalimat membaca pangkal pandai. Seberapa sering atau sudahkah membaca menjadi kebiasaan di keluarga, masyarakat dan ruang publik kita?

Kalau kita tengok ke para pendiri bangsa dan pejuang kemerdekaan Indonesia, mereka adalah yang gemar membaca. Ada Soekarno, Muhammad Hatta, Syahrir, Sutan Tan Malaka, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Lanfran Pane dan tokoh-tokoh lainnya. Kehidupan mereka dekat dengan buku. Kebiasaan mereka membaca buku membuat mereka punya wawasan luas dan berpikir besar.

Kita tidak mungkin berdiskusi panjang tanpa membaca terlebih dahulu. Karena membaca perdebatan dalam diskusi menjadi lebih bermutu dan tetap relevan dibaca. Ada cerita betapa dekatnya pendiri bangsa dengan buku. Bung Hatta menjadikan buku karangannya, Alam Pikiran Yunani sebagai hadiah pengantin untuk istrinya. Seorang penyair asal Padang pernah bekata tentang Muhammad Hatta, "Dia orang besar dan hidupnya seperti buku yang tak tamat dibaca."

"Tidak ada orang besar yang tak membaca. Bahkan Firaun pun membaca. Meskipun Firaun dari membaca menjadikan tindakan negatif." Kata Oom Nurohmah (Ketua Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca, Jawa Barat di sebuah situs media masa.

Untuk mencapai tahap minat baca, orang terlebih dulu melewati tahapan kemampuan membaca. Sebelum minat baca tumbuh, kemampuan membaca dulu yang harus ditumbuhkan. Karena kemampuan membaca itu bukan bawaan sejak lahir, maka harus dibiasakan untuk dilatih dan dipupuk. Ada proses yang dilewati untuk diwujudkan kondisi gemar membaca. Proses yang dibina dari lingkungan terkecil untuk membinan dan mewujudkan gemar membaca.

Aturan (political will) supaya terwujud budaya baca pun sangat penting. Pemerintah melewati kebijakan yang dikeluarkan bisa mendorong ke arah terwujudnya budaya baca. Ikhtiar mewujudkan budaya baca pada akhirnya menjadi tugas bersama kita, baik di lingkungan keluarga, sekolah, komunitas dan pemerintah.

Data UNICEF menyebutkan, minat baca orang Indonesia tergolong rendah. Kalau dipresentasikan berkisar pada 0,01 persen. Artinya di Indonesia satu buku dibaca oleh seribu orang. Ini tampak dari kebiasaan kita memilih ke pusat perbelanjaan ketimbang toko buku atau ke perpustakaan dikala waktu sengang.

Mengembalikan Fungsi Perpustakaan 

Allah SWT menurunkan wahyu kepada Rasullah dengan ayat pertama berbunyi "Iqra" bacalah, bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pemurah. Maknanya manusia diciptakan untuk membaca. Bukan sekedar membaca teks, namun juga lingkungan dan alam sekitar.

Konteks saat ini, perkembangan teknologi informasi, di satu sisi ada peluang dan juga ancaman. Peluang untuk kita mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Ancaman ada ketika digunakan secara tidak bijak dan etis. Seyoganya, kita harus bijaksana memilih informasi di lini sosial media (internet).

Itu juga bagian dari membaca. Membaca lingkungan. Tren teknologi saat ini kita ikuti. Tapi dalam pemanfaatannya kita harus bijak dan etis. Orang yang bijak dan etis tentu akan mempertanggungjawabkan yang dilakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun