Mohon tunggu...
Ahmad Humaidi
Ahmad Humaidi Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Mulai Menulis Dari MEDIA NOLTIGA (FMIPA UI), Sriwijaya Post, magang Kompas, Sumsel Post hingga sekarang tiada berhenti menulis... Menulis adalah amalan sholeh bagi diri dan bagi pembaca sepanjang menulis kebenaran dan melawan kebatilan.....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Memacu Warga Negara Berakal Sehat

15 Februari 2019   08:19 Diperbarui: 15 Februari 2019   08:51 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PBB dan lembaga2 lainnya telah memetakan kemajuan suatu negara termasuk di dalamnya kesejahteraan dan kebahagiaan warga negara. Meski pemetaannya ada kekurangannya karena memang hasil kerja manusia tidak pernah ada yang sempurna. Namun pemetaan itu bisa dijadikan pegangan sementara berdasarkan satu atau berapa aspek sudut pandang.

PBB memetakan index kemajuan sebuah negara melalui lembaga bernama UN Sustainable Development Solution Network (SDSN). SDSN membuat World Happines Index dengan hasil ada 10 negara paling tinggi skor Happines Index. Terdiri dari Finlandia, Norwegia, Denmark, Iceland, Switzerlands, Netherland, Canada, Selandia Baru dan Australia.

Begitu pula Yayasan Islamicity Index  (YII) mengikuti jejak SDSN dengan membuat skor Index Islamicitynya. Hasilnya ada 10 negara paling tinggi skor Islamicity Index. Terdiri dari Selandia Baru, Netherland, Swedia, Irlandia, Switzerland, Denmark, Kanada dan Autralia.

Berdasarkan penilaian PBB dan YII ternyata negara2 Islam atau negara2 yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) atau  mayoritas berpenduduk Islam berada jauh di bawah negara2 barat atau mayoritas berpenduduk Kristen. Karenanya sebagian ahli menyimpulkan upaya menerapkan ajaran2 Islam dalam kehidupan suatu negara gagal membawa kemajuan.  Karenanya pemikiran Habib Rizieq Syihab dengan NKRI Bersyariahnya juga dianggap bakal gagal.  Jelasnya, tidak mungkin NKRI Bersyariah menempati 10 negara paling tinggi skor Happines Indexnya atau menempati 10 negara paling tinggi skor Islamicity Indexnya. .

Dari satu aspek  kesimpulan itu bisa dibenarkan. Tapi dari aspek lainnya juga didapat kesimpulan lainnya yang bisa dibenarkan. Setidaknya, Happines Index dan Islamicity Index membuktikan kebenaran ajaran2 Islam. Jelasnya ajaran2 Islam sejalan dengan keinginan dan cita2 setiap negara atau warga negara untuk hidup sejahtera atau bahagia. Buktinya apa yang dihasilkan Happines Index dan Islamicity Index lebih banyak kesamaannya. Termasuk kesamaan dalam aspek perlunya penegakkan hukum yang adil  sebagai jalan bagi warga negara mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di suatu negara.

Andaikan Happines Index identik pengamat politik bernama Rocky Gerung sedangkan Islamic Index identik cawapres bernama KH Maruf Amin. Maka Rocky yang Kristen tapi pemikiran2nya ketika tampil dalam Indonesia Lawyer Club lebih Islami ketimbang KH Maruf Amin yang Islam.  Sebab apa yang dipikirkan Rocky seringkali sejalan dengan ajaran2 Islam yang memotivasi manusia menggunakan akal sehatnya ketimbang apa yang dipikirkan KH Maruf Amin setelah menjadi cawapres. Meski sebelumnya selagi masih menjabat ketua MUI (sebelum jadi cawapres) apa yang dipikirkan KH Maruf Amin sejalan dengan ajaran2 Islam.

Salah satu ajaran Islam yang begitu menonjol adalah seruan, ajakan dan panggilan untuk berpikir dan berakal sehat. Dibuktikan dari wahyu pertama yang turun dari langit kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam mengandung seruan berpikir, menggunakan akal dan menumbuhkan akal sehat dengan perintah Iqra atau membaca.

Tidak mengherankan kalau dalam tempo singkat sekitar 10 tahun,  warga negara Madinah yang tadinya buta hurup berubah menjadi melek hurup. Negara Madinalah pula yang pertama kali menjadikan kemampuan membaca menjadi salah satu bayaran kebebasan bagi tawanan2 perang Badar dari warga negara Makkah. Padahal sampai hari ini belum pernah ada tawanan2 perang baik dalam Perang Dunia 1 maupun Dunia 2 yang dibebaskan musuh2nya dengan menebus pake kemampuan membaca. Terbukti betapa manusiawinya ajaran2 Islam meski diterapkan dalam keadaan perang dengan segala kekejamannya dalam membunuh dan terbunuh.

Bisa jadi pada 14 abad silam, kota Madinah adalah satu2nya kota di dunia yang memiliki warga negara dengan tingkat kemampuan membaca tertinggi dibandingkan kota2 lainnya yang ada di dunia. Ketika itu di negara2 barat kemampuan membaca hanya dimiliki kaum ellite dari bangsawan penguasa dan pemimpin2 gereja. Sebaliknya rakyat bawah dilarang membaca bahkan dihukum. Terlebih lagi membaca kitab yang dianggap suci milik dari pemimpin agama Kristen.

Tidak mengherankan pula bilamana sepeninggal Rosulullah, penguasa2 Muslim selama kurang lebih 7 abad menguasai hampir seluruh muka bumi. Menghasilkan kemajuan dan peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi. Membuahkan kebahagiaan atau kesejahteraan manusia secara merata tanpa membeda-bedakan agama, warna kulit dan kekayaan.

Jika saat itu telah ada PBB dengan skor Happines Index dan YII dengan skor Islamicity Index niscaya negara2 mayoritas Islam menempati 10 tertinggi perolehan indexnya.  Sebaliknya negara2 barat atau mayoritas beragama Kristen berada jauh di belakangnya karena saat itu negara2 ini dalam kemunduran dan kegelapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun