Mohon tunggu...
Ahmad Humaidi
Ahmad Humaidi Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Mulai Menulis Dari MEDIA NOLTIGA (FMIPA UI), Sriwijaya Post, magang Kompas, Sumsel Post hingga sekarang tiada berhenti menulis... Menulis adalah amalan sholeh bagi diri dan bagi pembaca sepanjang menulis kebenaran dan melawan kebatilan.....

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Saat Prabowo Jujur di Depan Ulama dan Emak-emak

21 Oktober 2018   19:28 Diperbarui: 21 Oktober 2018   20:31 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Nama Prabowo Subianto meroket setelah Ulama memilihnya sebagai capres. Begitu pula nama Sandiaga Uno meroket setelah emak2 melihatnya sebagai cawapres. Keduanya dipercaya ulama2 dan emak2 untuk menjalankan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI bila mendapat kemenangan suara dalam Pilpres 2019 bersaing dengan Jkw dan KH Ma'ruf Amin.

Meski ulama memilih Prabowo sebagai capres namun tidak lantas Prabowo merasa lebih ulama dari ulama yang memilihnya. Sebaliknya Prabowo mengaku Islamnya kurang bagus. Pertanda dirinya siap dan membuka diri untuk menerima nasehat dan arahan dari ulama bilamana dalam hidup dan kehidupannya melenceng dari agama Islam berdasarkan Alquran dan Assunnah. Kiranya Islamnya yang kurang bagus menjadi bagus dan lebih bagus sepanjang tetap memuliakan dan menghormati ulama.

Emak2 yang begitu antusias mendukung Prabowo terlebih lagi Sandi tidak lantas membuat Prabowo lupa daratan. Sebaliknya Prabowo mengingatkan emak2 supaya jangan mengkultuskan dirinya yang hanya manusia biasa lagi sudah dua kali gagal dalam Pilpres 2009 dan 2014. 

Tetaplah pandang Prabowo dan Sandi sebagaimana adanya saja dengan segala kelemahan dan kekurangan. Bantulah kelemahan dan kekurangan sehingga keduanya dapat menjalankan kewajiban Presiden dan Wakil Presiden dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.

Hal itu diungkapkan Prabowo saat emak2 mendatanginya di Hambalang. "Emak2 sekalian yang saya hormati, jujur saya terharu dengan kalian semua, bagi saya kehadiran kalian adalah suntikan semangat yang luar biasa bagi saya, pesan saya tolong jangan putuskan saya dengan Pak Sandi, Kami hanya lah manusia biasa, yang tak luput dari kesalahan, mari berjuang bersama dan saya titipkan masa depan bangsa ini dipundak emak2 semua, biarlah saya menjadi Alat dalam perjuangan ini, dan kalian yang masih muda2 sebagai penerusnya....," tandasnya.

Beban begitu berat bakal dipanggul Prabowo dan Sandi sekiranya mendapat kesempatan menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Pasalnya, kebocoran negara yang dahulu pernah diingatkannya kepada Presiden Jkw selagi masih menjadi capres tampaknya semakin menjadi-jadi.

Presiden dan bawahan2 presiden itu sendiri yang membuat kebocoraan negara menjadi lebih besar lagi. Berakibat utang luar negeri meroket, rupiah anjlok, bbm naik dan pertumbuhan ekonomi menurun dibandingkan masa Presiden SBY sebelumnya. 

Tampaknya telah terjadi kesalahan dan penyimpangan dalam pengelolaan negara yang seharusnya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam kenyataannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran penguasa dan negara asing RRC.

Kewajiban Presiden dan Wakil Presidan yang utama dan pertama adalah menegakkan keadilan dengan seadil-adilnya. Tidak hanya bagi dirinya dan keluarganya tapi juga koalisinya. Siapapun bersalah harus dihukum dan siapapun tidak bersalah harus dibebaskan dari hukuman.

Keadilan itulah yang tampaknya lenyap dari negeri ini saat dipimpin Presiden Jkw. Meski konstitusi tegas2 dan jelas2 mewajibkan Presiden menegakkan keadilan namun dalam kenyataan bernegara ketidakadilan semakin merajalela. Siapapun yang bersalah dari mereka yang mendukung Jkw bebas dari hukuman. Sebaliknya siapapun yang bersalah dari mereka yang mendukung Prabowo langsung dihukum dan bahkan dicari-cari kesalahannya hingga sekecil-kecilnya.

Dibawah Presiden Jkw yang benar jadi salah. Yang salah jadi benar. Negara dijalankan bukan berdasarkan hukum melainkan berdasarkan kekuasaan. Hanya kekuasaan yang menentukan yang benar dan yang salah. Kekuasaan menjadi hukum itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun