Mohon tunggu...
Ahmad Humaidi
Ahmad Humaidi Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Mulai Menulis Dari MEDIA NOLTIGA (FMIPA UI), Sriwijaya Post, magang Kompas, Sumsel Post hingga sekarang tiada berhenti menulis... Menulis adalah amalan sholeh bagi diri dan bagi pembaca sepanjang menulis kebenaran dan melawan kebatilan.....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kapankah Kampanye Pilpres Mencerdaskan Kehidupan Bangsa?

28 September 2018   09:19 Diperbarui: 28 September 2018   09:33 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden bersama menteri2 dan jajaran2 pejabat negara lainnya berkewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Tertulis pada Pembukaan UUD 1945 berbunyi: "Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu PEMERINTAHAN NEGARA INDONESIA yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA...".

Apakah kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa sudah dijalani pemerintahan negara Indonesia yang sudah terbentuk sejak 17 Agustus 1945?

Bisa jadi pemerintah menjawab: "Sudah." Buktinya pemerintah membangun sekolah2 di mana2 dari pusat hingga ke daerah2. Buktinya pemerintah mengangkat guru2 untuk mencerdaskan anak2 bangsa dari pendidikan rendah hingga tinggi. Kini sudah begitu banyak anak2 bangsa yang lulus SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Bandingkan dengan anak2 bangsa di masa penjajahan yang hampir seluruhnya tidak pernah lulus sekolah karena memang tidak pernah sekolah.

Mencerdaskan kehidupan bangsa melalui sekolah dan guru2 hanyalah salah satu jalan saja. Masih begitu banyak jalan2 lainnya yang terbentang luas kalau saja pemerintah memang berniat melakukannya. Hanya resikonya semakin cerdas suatu bangsa semakin tinggi kebutuhannya dan tuntutannya untuk mendapatkan pemimpin cerdas.

Mustahil suatu bangsa yang cerdas memilih pemimpin bangsa yang kurang cerdas dari bangsanya. Pastilah bangsa yang cerdas akan memilih pemimpin bangsa yang juga cerdas melebihi kecerdasan rata2 dari bangsanya itu sendiri.

Kecerdasan berkaitan dengan kemampuan akal manusia berinteraksi dengan masyarakatnya dan lingkungannya. Gregory mengatakan, kecerdasan adalah kemampuan atau keterampilan untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya tertentu.

Di sisi lainnya Goleman (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Masih banyak lagi ahli berbicara mengenai kecerdasan. Pada intinya kecerdasan tidak selalu identik dengan keberhasilannya mengikuti lembaga2 pendidikan dari level rendah hingga tinggi. Bahkan gelar doktor pun bukan jaminan pemiliknya adalah termasuk orang cerdas.

Dengan demikian cita2 mencerdaskan kehidupan bangsa yang diwasiatkan the founding fathers kepada pemimpin2 bangsa Indonesia begitu luhurnya. Berharap hanya mereka yang cerdas saja yang memimpin negeri ini yang bisa membebaskan negeri dari segala bentuk penjajahan baik penjajahan bangsa asing maupun penjajahan bangsa sendiri.

Jika dalam kenyataannya begitu banyak pemimpin bangsa ketangkap KPK sebagai koruptor maka negeri ini ternyata masih banyak dipimpin pemimpin tidak cerdas. Bisa jadi mereka tercatat sebagai lulusan perguruan tinggi lagi bergelar doktor yang dianggap cerdas, pintar dan piawai. Berakibat mereka tergolong pemimpin yang bukannya memecahkan masalah bangsa tapi justru menambah masalah bangsa yang sudah begitu banyak dibebani masalah demi masalah sesuai pernyataan Gregory.

Pemimpin2 koruptor tidak termasuk manusia cerdas. Mestinya menurut Goleman mereka dapat menahan emosinya atau nafsunya untuk tidak merugikan negerinya dan rakyatnya dengan melakukan korupsi begitu peluang korupsi terbuka lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun