Mohon tunggu...
Ahsanuddin SPd
Ahsanuddin SPd Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru di MTsN 2 Jombang, PP Darul 'Ulum Rejoso Peterongan Jombang

Guru mapel IPA, penulis buku fiksi dan nonfiksi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tentu Ada Maksud

7 September 2021   21:18 Diperbarui: 7 September 2021   21:24 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kadang kita salah memaknai setelah optik memandang sesuatu. Syaraf kita bisa tidak pas menerjemahkan apa yang telah tiba. Diperlukan paduan yang pas dari berbagai referensi keluarnya suatu keputusan.

Keputusan yang salah bisa berakibat fatal. Agar pas hasilnya, interview mungkin perlu diambil sebagai alternatif. Berbagai persiapan dilakukan dalam mengambil data. Data yang terkumpul bisa jadi belum pas untuk sebuah keputusan.

Prasangka buruk akan timbul dalam suatu keputusan. Hati yang kotor kemungkinan penyebab utamanya. Mereka kadang tanpa pikir panjang terhadap jalan yang diambil. 

Sisi baik sebuah jalan kadang perlu dikaca dengan tajam. Barangkali ada lubang yang mengganjal lancarnya jalan. Walau kita tahu kaki mempunyai mata. Tapi mata kaki hanya sebuah syarat agar telapak bisa sempurna dalam langkahnya. 

Kerikil kecil bisa berkata, "Kenapa kamu menyingkirkanku? Pertanyaan yang tak mungkin kita jawab. Mereka tak sambung dengan syaraf komunikasi kita. Manusia tetap harus tahu diri dalam kebijakan menyingkirkan kerikil kecil.

Alam memang tak kan pernah bicara terus terang. Kejadian yang tak bersahabat dari alam mungkin sebagai wujud sebuah komunikasi. Tinggal manusia bisa tidak memahami. 

Di sinilah pentingnya menyatukan semua organ pribadi. Mulai ujung kaki sampai rambut semua diajak komunikasi. Sinergi yang pas dengan kode syaraf otak sebagai pengontrol.

Rintangan yang ada bisa jadi tidak perlu dihilangkan. Biarkan mereka bisa bersahabat dengan kita. Kemunculannya bisa jadi sebuah kenikmatan hidup. Kenikamatan dalam mengambil data yang lebih banyak untuk sebuah prasangka baik.

Mari kita belajar memaknai sebuah kenyataan. Kenapa belajar? Karena kemunculannya bisa menuntun ke arah kebijaksanaan. Kebijaksanaan  merupakan posisi mulya bagi manusia. Kesombongan akan merasa malu dan menyingkir dengan sendirinya dengan adanya kebijaksanaan. 

Tapi tak mudah untuk menyandang predikat bijaksana. Manusia perlu belajar dari berbagai terjangan badai masalah. Ketegarannya bak karang di laut itulah rumah yang nyaman bagi kebijaksaan bersandar. 

Manusia kadang memilih potong kompas untuk sebuah keputusan. Syaraf pikirnya sudah tak terkontrol oleh kemabukan pribadinya. Mereka mabuk demi sedetik kesenangan.

Salam Literasi,

Kang Ahsan (Guru IPA MTsN 2 Jombang, PP DARUL ULUM REJOSO )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun