Keanekaragaman hayati sangat memperindah setiap optik insan yang memandang. Bahkan kesehatan jasmani bisa terobati dengan sentuhan alam yang segar, sedap, dan indah. Kadang tak perlu obat mahal untuk sebuah kesehatan.Â
Alampun sangat mengerti arti keanekaragaman yang terjadi. Tinggal penghuni/pengelola alam yang mungkin  kurang bersahabat. Keserakahan membuat keseimbangan keanekaragaman terancam/punah.Â
Kenapa kita tidak belajar darinya?
Secara kasat mata hal tersebut bisa indah, tapi kenapa keanekaragaman pendapat/ide malah jadi bumerang perpecahan dan bisa jadi peperangan yang berakibat hancurnya sesama?
Disinilah seharusnya kita malu pada alam yang indah dengan keanekaragaman. Mereka bisa hidup rukun, damai, dan indah dalam keberagamannnya.Â
Rasa egois mengancam keindahan alam di masa kini. Keindahan keberagaman alam yang mulai terkikis inilah yang mungkin membuat manusia tidak bisa belajar banyak. Belajar tentang arti indahnya keberagaman.
Apa perlu peringatan keras bagi pengelola alam "manusia"? Semoga tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan. Kita masih ingin bersahabat dengan alam.
Sudut pandang yang muncul semoga bisa bersinergi membangun alam untuk tetap indah. Kaca mata yang dipakai setidaknya bisa dipadukan dan dicari titik temu. Titik temu yang sejajar tidak berpotongan. Kesejajaran mengakibatkan kaca mata pandang yang keluar bisa menerima dengan hati lapang.
Bolehlah menggunakan kaca mata padang sendiri untuk hal-hal tertentu. Untuk hal yang lebih luas dalam pengelolaan keindahan bersama, maka kaca mata pandang kita mencoba mengalah. Mungkin untuk sementara mengalah  bukan berarti kita pasrah tanpa ikut memberikan solusi/kaca mata pandang permasalahan.
Kebesaran hatilah yang membuat kaca mata pandang kita menjadi berguna dan berdaya guna. Akan terjadi empati dan kekaguman sesama terhadap pribadi kita. Mereka akan tahu bahwa kita bukanlah pribadi egois. Pribadi yang selalu menonjolkan kaca mata pandang serakah.Â