Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mitos "Dodol Geseng" dan Simbol Keperawanan

7 Agustus 2021   20:54 Diperbarui: 7 Agustus 2021   21:11 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri; Para tetangga yang membantu acara resepsi (Jawa; Ngobeng, Majengan, Megandan)

Meskipun dengan berkembangnya pengetahuan yang dibarengi dengan perkembangan zaman yang, memungkinkan banyak orang mengetahui hal-hal dengan hal demikian akan tetapi bagaimana mereka menjaga sebuah tradisi sudah seperti menjadi sebuah kewajiban.

Dokpri
Dokpri

Gosongnya dodol tersebut bukan karena nyala apinya yang besar, sebab semua orang yang turut berpartisipasi dalam membuat dodol saling menjaga nyala api tersebut, "Bukan karena apinya kebesaran atau teledor penjagaan karena itu tidak mungkin. Nyala api dijaga oleh banyak orang. Membuat dodol itu ramai-ramai ngaduknya bergantian jadi tidak mungkin gosong. Tapi kaligane jadi gosong bila pengantinnya sudah tidak perawan," ulang ibu tersebut.

Istilah dodol geseng yang telah lekat di masyarakat seolah menjadi barometer dalam menilai moralitas seorang perempuan, khususnya desa-desa di Indramayu yang sarat akan sebuah stigma negatif pada wanitanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun