Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mitos "Dodol Geseng" dan Simbol Keperawanan

7 Agustus 2021   20:54 Diperbarui: 7 Agustus 2021   21:11 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disekitar kita begitu banyak hal unik yang memang tidak luput dari perhatian kita dalam memahami sebuah segmen kebudayaan yang saling silang dengan sebuah fakta.

Sebagaimana mitos diciptakan bukan tanpa maksud dan tujuan, meskipun hanya sebuah folklor akan tetapi hal tersebut sudah terjadi berulang kali sehingga, tidak sedikit yang melaksanakan atau melakukan apa-apa yang telah menjadi sebuah mitos tersebut agar supaya tidak terjadi hal yang memang tidak diinginkan oleh seseorang. 

Dalam magnum opus-nya Muqaddimah, Ibnu Khaldun pernah mengatakan, bahwa kita adalah anak dari sebuah kebudayaan. Oleh sebabnya banyak masyarakat kita yang melaksanakan sebuah tradisi atau dalam arti sempitnya ialah mitos-mitos tersebut.

Sebagaimana di tempat penulis sendiri terdapat sebuah mitos yang sampai saat ini masih dilaksanakan dan hal ini sudah menjadi sebuah hal yang lumrah dilakukan, seperti membuat dodol di rumah mempelai wanita dalam acara pernikahan.

Meskipun dalam filosofi mainstream dodol merupakan simbol persatuan, tetapi tidak untuk di Indramayu sendiri, meski tidak semua daerah mengamininya, namun hal itu bisa dikatakan sebagai kearifan lokal (local wisdom) di suatu tempat. 

Mengapa harus di rumah mempelai wanita? atau secara keumuman rumah pemangku hajat dalam resepsi pernikahan adalah rumah mempelai wanita, mengapa?.

Mitos 'dodol geseng'  atau dodol gosong yang disimbolkan dengan tidak perawannya seorang mempelai wanita begitu lekat di wilayah Indramayu, sampai-sampai hal itu tertuang dalam sebuah lirik lagu ciptaan Sukam Wijaya dan dilantunkan oleh Susy Arzetty seolah melegitimasi mitos tersebut, sebab setidaknya lirik lagu tidak serta-merta muncul dengan sendirinya, ia adalah sebuah permenungan panjang serta refleksi atas apa yang terjadi. Sebegaimana penggalan lagu terebut.

"Otote kenceng lamon jagate peteng

Sebab kakang tangane bli gelem anteng

Durung kawin bokat dodole geseng"

Sebagaimana dikatakan oleh seorang dalam suatu kesempatan "Mitos dodol geseng karena pengantinnya sudah tidak perawan lagi itu benar!" tegas Mak Darsi* yang berusia sekitar 63 tahunan.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun