Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjal, Mendekatkan Buku kepada Pembaca Bukan Sebaliknya

23 Maret 2021   15:25 Diperbarui: 23 Maret 2021   15:48 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak memilih buku bacaan; Nyekar Pustaka 

Saat melihat teman-teman yang semangat menajajakan buku demi masyarakat melek aksrasa tiba-tiba penulis teringat apa yang dikatakan Martin Luther King, "Jika kamu ingin mengubah dunia, maka bawalah pena dan tulislah," namun kemudian bukan hanya soal menulis atau penulis namun akar dari menulis tersebut ialah membaca dan saat ini membaca buku sedikit menjadi asing di lingkungan kita sehingga banyak teman-teman yang mencari alternatif atas keterasingan tersebut.

Kemudian jika kita melihat semangat literasi pada saat ini adalah literasi yang di gembor-gemborkannya ialah mengarah pada hal yang sifatnya pemberatasan buta huruf atau melek aksara, sehingga tidak sedikit dari pegiat literasi Indramayu yang juga menjajakan buku ke tempat keramaian hingga pelosok desa. 

Perpustakaan Jalanan (selanjutnya Perjal) yang saat ini menjamur sebagai 'penyambung perdaban' memiliki dampak postif masyarakat luas dan tujuannya jelas, supaya semua melek aksara dan menamkan pengetahuaun kepada semuanya manusia. Sehingga upaya kreatif yang di gaungkan oleh para pegiat literasi pun tak ayal mendapat respon positif, juga tidak sedikit pula yang medapatkan sebuah perlakuan yang sangat tidak etis.  

Tidak bisa di pungkiri bahwa, katanya, minat baca kita hari ini begitu rendah, sehingga upaya teman-teman pegiat Perjal mendekatkan buku kepada masyarakat perlu di dukung dan diapresiasi, bukan sebaliknya. Jika di sadari, bahwa mengajak masyarakat untuk ke perpustakaan adalah sesuatu yang begitu sulit maka upaya positif teman-teman Perjal adalah antitesis dari sebuah segmen kejenuhan atas mindset perpustakaan  tersebut.

Perjal adalah sebuah kanal literasi underground yang hari ini banyak di gagas anak-anak muda yang menyalurkan kejenuhannya dengan cara 'lapakan' dan acara yang memiliki titik singgung dengan budaya literasi. Sehingga Perjal bisa juga dikatakan sebagai budaya baru dalam literasi ditengah cengkraman media kiwari, budaya membaca buku yang di gantikan oleh e-book misalnya. 

Meskipun muaranya ialah sama; membaca, namun nilai unik dari Perjal ini ialah mendekatkan buku dengan sasaran utamanya ialah anak-anak yang berusia dini hingga SD, mengajari anak-anak membaca dan melestarikan permaian tradisioanal yang pada hari ini mulai tergeser oleh gadget.

Maka dapat dikatan bahwa perjal adalah media aletrnatif selain perpustakaan atau taman baca sekalipun, nuansa yang berbeda ketika menghadirkan bacaan di tenagh pusat keramaian serta ruang terbuka menjadikan teman-teman pegiat literasi mendapatkan nilai lebih, relasi baru serta wacana baru ketika melakukan aksi lapakan tersebut.  

Oleh sebabnya ruang bacaan saat ini telah juga tersita oleh adanya fasilitas wifi gratis yang pada praktiknya justru mengkerdilakan minat masyarakat dalam membaca sebuah buku cetak dan lebih menggandrungi tulisan digital. Maka Perjal adalah jawaban pengejawantahan dari adanya perpustakaan serta taman baca yang dalam hal ini sebenarnya bersinergi diantara ketiganya, dengan sistem rolling buku bacaan dan lain sebagainya. Bersambunga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun