Mohon tunggu...
Ahonk bae
Ahonk bae Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Untuk Perdaban

Membaca, Bertanya & Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pandangan KH. Husein Muhammad atas Karya Al-Sufur Wa Al-Hijab

8 Februari 2021   01:01 Diperbarui: 8 Februari 2021   01:27 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampai pada saat ini para aktivis yang bekerja dan berjuang untuk kesetaraan dan keadilan gender masih menghadapi tantangan besar dari banyak pihak. Tetapi tantangan paling sensitif muncul dari "agama" atau lebih tepatnya "tafsir keagamaan". 

Dalam pandangan para aktivis, wacana keagamaan (Islam) masih menempatkan perempuan pada posisi subordinat dan marginal. 

Misalnya Laki-laki adalah makhluk superior dan hanya laki-laki yang berhak menduduki posisi puncak baik dalam ranah domestik maupun publik. Sementara perempuan adalah makhluk inferior dan domestik. Mereka meyakini posisi subordinat perempuan dan superioritas laki-laki adalah "kodrat", kehendak Tuhan.

Kemudian mereka juga berpendapat perempuan tidak boleh menampakkan diri kecuali wajah dan kedua telapak tanggannya di ruang publik. Dan masih banyak isu yang lain. Wacana keagamaan seperti ini seakan-akan telah menjadi  kebenaran yang tidak bisa diganggu dan dikritik. Upaya-upaya untuk melancarkan kritik terhadap wacana ini dalam banyak kasus menimbulkan reistensi yang tinggi dan keras. 

Sehingga belakangan masyarakat hanya memahami bahwa pandangan keagamaan yang selama ini mereka jalani adalah benar adanya dan final. Itulah cara pandang kebudayaan patriarkisme. 

Para aktifis tersebut begitu sadar bahwa pandangan keagamaan seperti itu dapat dimaklumi untuk zaman lampau yang jauh. Akan tetapi tidak lagi menguntungkan baik untuk perempuan sendiri maupun untuk masyarakat luas dalam konteks zaman ini dan mendatang. Karena itu menurut mereka reinterpretasi atasnya bukan hanya perlu, tetapi adalah niscaya dan keharusan. Upaya reinterpretasi harus dilakukan untuk mendapatkan pandangan baru yang lebih adil terhadap perempuan. 

Perspektif ini bukan hanya akan sebagai cara membela dan menguntungkan kaum perempuan, melainkan akan memberikan keuntungan bagi semua orang, bangsa dan negara. 

Dari  titik ini mereka memandang bahwa sudah saatnya kita mencari dan memproduk buku-buku bacaan yang berperspektif keadilan dan lebih-lebih jika ditulis oleh perempuan sendiri dalam porsi yang lebih banyak dan dengan kajian yang lebih mendalam. 

Dan saya menemukan sebuah buku yang cukup menarik untuk didiskusikan, terkait dengan isu-isu perempuan. Ia berjudul "Al-Sufur wa al-Hijab". 

Karya yang dengan judul Al Sufur wa al Hijab buah karya Nazhirah Zainuddin, ia seorang perempuan aktifis kelahiran Aleppo, Irak (1908-1976) ini menurut saya adalah salah satu di antara buku yang perlu dibaca bukan hanya oleh masyarakat di dunia Arab saja melainkan juga oleh masyarakat Islam Indonesia, terutama para aktifis. 

Buku ini bisa menjadi rujukan argumentatif yang lain dari sisi wacana agama yang saya kira sangat dibutuhkan terkait dengan isu Jilbab, kerudung atau dengan istilah-istilah lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun