Mohon tunggu...
Ahnaf Rjd
Ahnaf Rjd Mohon Tunggu... Penulis - Penulis titik!

Isinya Random

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lockdown ala Pondok Pesantren

18 Februari 2021   18:27 Diperbarui: 18 Februari 2021   18:34 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : dokumentasi pribadi

Sebelum pondok tempat saya menimba ilmu menerapkan lock down, kondisi pondok sangat berbeda 180 derajat dengan kondisi sekarang. Ya, kondisi saat ini sedang lock down.

Saya coba ramal, sebagian orang yang telah membaca paragraf diatas, kemungkinan besar muncul pertanyaan di kepalanya, bagaimana cara lock down di ponpes? Sedangkan disana banyak sekali masa yang acap kali dinilai orang membuat semakin besar potensi menularnya virus covid. Jangan langsung ambil kesimpulan, kita lihat dulu bagaimana prosedur lock downnya.

Kita semua sudah tau, kewajiban menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim. Seperti halnya yang dikatakan oleh (Alm) KH. Ali Mustofa Yaqub, bahwa kita semua adalah penuntut ilmu sampai hari kiamat. Jadi sangat tidak dianjurkan kita berhenti untuk belajar, karena belajar itu tidak ada habisnya.Di Al-Quran juga dijelaskan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu. Mau dalam keadaan apapun, baik dengan daring atau luring, jika ada kesempatan untuk menuntut ilmu, maka wajib hukumnya.

Bulan maret 2020, ponpes tempat saya tinggal mengeluarkan surat edaran, yang menyatakan bahwa pondok akan memulangkan semua santrinya dan memulai belajar secara daring. Hal ini secara tidak langsung mencegah penularan virus covid di dalam pondok, bersamaan dengan kebahagiaan semua santri karena akan pulang kerumahnya masing-masing. 

Saat itu saya sudah berada dirumah lebih dulu dibanding santri yang lainnya, dikarenakan saya sedang ada izin sakit, dan dirawat dirumah. Awalnya saya ingin balik ke pondok setelah kondisi badan saya membaik, tapi setelah mengetahui bahwa pondok akan memulangkan semua santrinya, saya tidak jadi balik ke pondok dan tetap stay dirumah, hehe.

10 bulan berlalu, pondok kembali mengeluarkan surat edaran, bahwa bagi siapa saja yang diizinkan untuk balik ke pondok oleh orang tuanya, maka pondok membuka pintu gerbangnya untuk menerima santri yang kembali ke pondok.

Apakah dengan begitu saja kita bisa masuk pondok?

Tentu tidak. Sebelum balik ke pondok, ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Salah satu nya adalah swab tes. Ya, bagi siapa saja yang mau balik, harus di swab terlebih dahulu untuk memastikan dia baik-baik saja dan tidak positif covid. Dan bagi yang positif covid, maka dengan tegas pihak pondok menolak kepulangannya kedalam pondok.

Saat memasuki gerbang pondok, santri akan disambut dengan semprotan disinfektan dan hand sanitizer. Setelah disemprot, kita akan bertemu ustad yang bakal meminta kepada kita, surat hasil tes, dan fotocopy berkas ijazah sekolah dasar. Saat proses itu berlalu, kita akan langsung diperintah untuk mandi, agar debu-debu yang kita bawa dari luar pondok, hilang saat kita membilas badan. Kenyataannya, saya pribadi dan teman saya hanya wudhu, tidak mandi, haha.

Protokol kesehatan juga tak lupa untuk diterapkan di dalam lingkungan pondok, contohnya saf di masjid yang agak direnggangkan, memakai masker dalam setiap kegiatan, makan menggunakan piring masing-masing dan macam-macam protokol kesehatan lainnya. Dan pondok benar-benar menutup akses keluar masuk yang ada di gerbang pondok pesantren, yang membuat kita benar-benar terlock down didalam, layaknya narapidana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun