Beruntung sekali nyicipi pertama kali dapat dua porsi, di hari ketiga Asean Blogger Festival saya kembali menyantap Selat Solo dalam kunjungan ke Keraton Kasunanan Surakarta. Tidak hanya Selat Solo yang disajikan, tetapi ada juga Nasi Liwet Khas Solo. Sayang, perut sudah terasa kenyang sehabis menyantap Selat Solo sehingga Nasi Liwet tak tercicipi.
[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Selat Solo (koleksi foto @Gmontadaro)"]
Menyelami semangat budaya Jawa
Selain Nasi Goreng Golong dan Selat Solo, saya juga mencicipi Bakmi Godog pinggir jalan Kota Solo yang rasanya tak kalah enaknya dengan masakan olahan khas Surakarta lainnya. Namun saya saya tak sempat menyantap Nasi Kucing Angkringan, bisa jadi karena saya telah lama mencobanya sewaktu tinggal lama di Yogyakarta.
Selama empat hari tiga malam di kota Solo, tentu saya tak hanya mencicipi unsur budaya Jawa berbentuk makanan olahan khasnya. Saya juga (dan bisa jadi para Blogger ASEAN festival lainnya) merasakan seperti menyelami unsur lain dari budaya Jawa, yaitu seni tarinya.
Ada empat seni tari di Kota Solo yang saya lihat. Pertama sewaktu Gala Dinner bersama Walikota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo di Lojigandrung, kedua ketika di Pura Mangkunegaran melihat pagelaran "Mangkunegaran Perfoming Art." Dan dua seni tari lagi dalam acara penutupan Asean Blogger Festival yang berlokasi di Keraton Kasunanan Surakarta.
Tentu tidak hanya sekedar melihat, tetapi lebih dari menyaksikan gerak tari Jawa yang penuh gerakan simbolisasi. Gerakan berkesinambungan itu ditambah dengan iringan seni instrumen Jawa, seakan menghipnotis lalu menenggelamkan saya dalam daya magis seni olah tubuh tradisional itu.
Tarian pertama yang saya saksikan adalah Tari Gambyong Retno Kusumo di Lojigandrung. Empat penari putri berkostum perpaduan kemben merah, kain kebaya, selendang hijau dan hiasan kepala, menari penuh simbolisasi bagaimana para puteri sedang berhias menyambut tamu agung.
[caption id="attachment_254900" align="aligncenter" width="640" caption="Tari Gambyong Retno Kusumo"]
Tari yang diciptakan KGPAA (Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya) Mangkunegaran VIII ini seakan memang menyambut kami para peserta ASEAN Blogger Festival sebagai tamu di Kota Solo. Inilah pesan daya magis yang disampaikan oleh empat penari remaja putri tersebut. Lebih jauh, para tamu yang berkunjung serta bergaul ke Kota Solo hendaklah tahu adat-istiadat setempat dan menghormatinya sebagaimana berbagai sifat berbudi luhur seorang pria ketika melakukan pendekatan seorang wanita yang dicintainya.
Tari kedua yang saya saksikan yaitu dalam event "Mangkunegaran Perfoming Art." Adalah "Pentas tari kolosal Timun Mas," nama pagelarannya. Disebut kolosal karena memang menceritakan cerita rakyat Jawa yaitu Timun Mas yang diterjemahkan dalam variasi gerak tari secara berkesinambungan.