Mohon tunggu...
Ahmed Tsar Blenzinky
Ahmed Tsar Blenzinky Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger | Content Creator | Sagitarius

Co-Founder BRid (Blogger Reporter Indonesia) | Sekarang Lebih Aktif di https://ahmedtsar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ada Filosofi Blangkon Jawa di ASEAN Blogger Festival Solo

20 Mei 2013   01:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:19 1046
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beruntung sekali nyicipi pertama kali dapat dua porsi, di hari ketiga Asean Blogger Festival saya kembali menyantap Selat Solo dalam kunjungan ke Keraton Kasunanan Surakarta. Tidak hanya Selat Solo yang disajikan, tetapi ada juga Nasi Liwet Khas Solo. Sayang, perut sudah terasa kenyang sehabis menyantap Selat Solo sehingga Nasi Liwet tak tercicipi.

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Selat Solo (koleksi foto @Gmontadaro)"]

Selat Solo (koleksi foto @Gmontadaro)
Selat Solo (koleksi foto @Gmontadaro)
[/caption]

Menyelami semangat budaya Jawa

Selain Nasi Goreng Golong dan Selat Solo, saya juga mencicipi Bakmi Godog pinggir jalan Kota Solo yang rasanya tak kalah enaknya dengan masakan olahan khas Surakarta lainnya. Namun saya saya tak sempat menyantap Nasi Kucing Angkringan, bisa jadi karena saya telah lama mencobanya sewaktu tinggal lama di Yogyakarta.

Selama empat hari tiga malam di kota Solo, tentu saya tak hanya mencicipi unsur budaya Jawa berbentuk makanan olahan khasnya. Saya juga (dan bisa jadi para Blogger ASEAN festival lainnya) merasakan seperti menyelami unsur lain dari budaya Jawa, yaitu seni tarinya.

Ada empat seni tari di Kota Solo yang saya lihat. Pertama sewaktu Gala Dinner bersama Walikota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo di Lojigandrung, kedua ketika di Pura Mangkunegaran melihat pagelaran "Mangkunegaran Perfoming Art." Dan dua seni tari lagi dalam acara penutupan Asean Blogger Festival yang berlokasi di Keraton Kasunanan Surakarta.

Tentu tidak hanya sekedar melihat, tetapi lebih dari menyaksikan gerak tari Jawa yang penuh gerakan simbolisasi. Gerakan berkesinambungan itu ditambah dengan iringan seni instrumen Jawa, seakan menghipnotis lalu menenggelamkan saya dalam daya magis seni olah tubuh tradisional itu.

Tarian pertama yang saya saksikan adalah Tari Gambyong Retno Kusumo di Lojigandrung. Empat penari putri berkostum perpaduan kemben merah, kain kebaya, selendang hijau dan hiasan kepala, menari penuh simbolisasi bagaimana para puteri sedang berhias menyambut tamu agung.

[caption id="attachment_254900" align="aligncenter" width="640" caption="Tari Gambyong Retno Kusumo"]

13689866981101979181
13689866981101979181
[/caption]

Tari yang diciptakan KGPAA (Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya) Mangkunegaran VIII ini seakan memang menyambut kami para peserta ASEAN Blogger Festival sebagai tamu di Kota Solo. Inilah pesan daya magis yang disampaikan oleh empat penari remaja putri tersebut. Lebih jauh, para tamu yang berkunjung serta bergaul ke Kota Solo hendaklah tahu adat-istiadat setempat dan menghormatinya sebagaimana berbagai sifat berbudi luhur seorang pria ketika melakukan pendekatan seorang wanita yang dicintainya.

Tari kedua yang saya saksikan yaitu dalam event "Mangkunegaran Perfoming Art." Adalah "Pentas tari kolosal Timun Mas," nama pagelarannya. Disebut kolosal karena memang menceritakan cerita rakyat Jawa yaitu Timun Mas yang diterjemahkan dalam variasi gerak tari secara berkesinambungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun